Bismillahirrahmaanirrahiim…
AGUSTUS Ceria
Tanggal
1 Agustus adalah awal mandiri secara finansial(tak dapet gajian perbulan lagi
dari PSF. Hehe). Sungguh luar biasa bantuan dari PSF yang tak hanya finansial,
tetapi sebuah kekeluargaan yang tak terlupakan. Saat ditanya 1 kata tentang
SSFSC, makan jawabku adalah
TAK TERLUPAKAN
--------------------------
Seberkas
sinar datang menembus awan
Melambaikan
tangannya dan membelai dedaunan
Air
mengalir meyusuri pori
Mensuplai
energi setiap jemari
Akankah
kau menginkari
Bahwa
Tuhanmu Maha Memberi ???
“Nenek….Sasa
nakal!”, ujar Sari sambil mengucek mata
“Siapa?
Disuruh masuk dulu ya nak…”, jawab nenek dengan suara lirih
“Aaaaaa…..awas
kamu!! huuuuuuuuuuuuuggg”, Sari pun sibuk sendiri dengan njambak1 rambut Sasa. Keributan itu pun tak kunjung reda
hingga datanglah sosok jilbaber orange dengan ranselnya. Sosok itu tak asing
bagi Sari dan Sasa, namanya Sabrina. Kedatangannya spontan melerai keduanya.
“Tante……..bawa
boneka tweety ya? mana liat…..”, rengek Sari padanya.
Belumlah
Sabrina menjawab, kedua pipinya dicium Sasa. Sasa memang sangat sayang sama
Sabrina, begitu pula Sabrina pada Sasa dan Sari. Hampir setiap hari mereka
bercanda, gurau dan tak jarang Sabrina memarahi keduanya saat membuat kesal.
Tapi anehnya, setiap kali marah justeru Sabrina ketawa dengan respon mereka
yang anah dan lucu. Satu hal unik lainnya, saat Sabrina berpamitan pada mereka.
Hampir 20 menit mereka tak bisa lepas karena sekedar cipika-cipiki dan
berpelukan. Itulah kasih sayang di antara mereka. Berbeda dengan gambaran kasih
sayang Sabrina ke Ibunya tercinta. Tiga jam, empat jam bahkan sering kali
mereka tidak tidur semaleman gara-gara ngobrol kanan kiri melepas rindu.
Rasanya
3 hari yang lalu Sabrina gundah “Aku
pulang nggak ya? Aku nggak punya uang sama sekali. Bagaimana kalau Sari dan
Sasa minta dibelikan es krim? Padahal sekedar es”. Sabrina mondar mandir di
depan loket KA dan akhirnya dibawalah selembar tiket Bandung-Lumajang tanggal 7
Agustus.
Kejadian
yang sama ia alami 3 hari setelahnya di tempat yang sama. Bedanya, dia akhirnya
membawa tiket untuk tanggal 14 Agustus. Hal itu karena ternyata ada kewajiban
mendadak atas pilihan yang ia tentukan sendiri. Dia mengirimkan berkas aplikasi
beasiswa ke luar negeri. Atas keputusannya ini, dia harus mengurus banyak hal.
Kesempatan yang baik, kenapa
tidak?? And than,prepare your self to fighting!!
Nekat
memang jiwa Sabrina. Ambisius juga. Namun, bukan berarti dia tak punya
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dan tak dengan tangan kosong pula ia
menghadapi segala resiko atas keputusannya. Dalam keadaan ‘pas-pasan’, ia
bertekad dengan niatnya untuk mencari ilmu lillaahi
ta’alaa.
Bagaikan
air mengalir meyusuri pori,mensuplai energi setiap jemari. Berbagai kemudahan ia
dapati satu persatu. Sempat ada rasa khawatir, namun keadaan ini tak
membatasinya untuk berbagi pada sesama. Selembar kertas bernominal ia berikan
pada orang lain, padahal baru saja ia mendapatkannya untuk keperluannya besok.
Allah Maha Adil, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dua hal penting in this case:
1. Terima >
Kasih: Setelah menerima, ya
kasih juga untuk yang lain donk
2.
Hukum Newton III:
Setiap benda yang diberi aksi, maka akan bereaksi(timbal balik)
Layar handphone milik
Sabrina bertuliskan demikian:“Mbak, besok
ke rumah aja. Ini aku mau bayar tanggungan Mbak 3x”
“Assalamu’alaykum”,
Sabrina menyampaikan salam layaknya adab bertamu
“Wa’alaykumsalam”,
Jawab seisi rumah murid privatnya
“…Ini, buat Mbak
Sabrina”
“Wah Bu, ini nggak
kebanyakan?”
“Ndak Mbak, itu buat
Mbak semua. Maaf ya Mbak, sudah ngrepotin. Terima kasih sudah sabar ngajar
Riska. Kalau bisa, nanti ngajar lagi untuk persiapan UNAS. Hehe”
…..
*Di saat yang sulit,
pasti ada kemudahan
Tak hanya kemudahan, kesulitan pun
berkali-kali ia temui bahkan datang bertubi-tubi. Namun, sabar dan syukur menjadikannya
tenang dan keinginannya tercapai. Sesekali ia merasa capek, ingin menyerah.
Namun, hati kecilnya berkata: Ya Allah, satu langkah lagi… Semangattt!!
Man Jadda Wajada
Satu
kali, dua kali Sabrina tersendat dalam urusan administrasi yang terkadang
karena kecerobohannya. Tiga kali dia ganti dengan belajar dari pengalaman. Persiapan
itu penting, tetapi tanggap dan cekatan
juga tak kalah penting. Kali ini, ia dituntut kecerdasan intelektual dan
emosional. Dia harus pandai membaca situasi, cepat menemukan solusi yang tepat
dan tidak gegabah. Tak hanya itu, dia pun terlatih pandai berkomunikasi dengan
orang lain dan menjaga sikap. Sabrina tidak sendirian, perlu bantuan dan
arahan. Diawali berkenalan, ngobrol dan saling membantu sama lain. Itu lebih
indah daripada sekedar tahu nama.
Kegundahannya
pulang kampung kini terbayar dengan bertemu orang-orang yang dicintainya. Pagi
hingga sore dia lalui seperti hari biasa. Malamnya, Sabrina melalukukan
rutinitas wajib atas pilihannya. Dia pun membuka inbox email dan membacanya
dengan cermat.
The original forms can be submitted
at Admissions Office upon your arrival if you enrol to AIT
“Alhamdulillah
Ya Allah……”
Usahanya
selama ini takkan pernah sia-sia. Apapun yang dia terima, diyakini itulah yang
terbaik. Dari email itulah, Sabrina mulai merencanakan jadwal barunya untuk
besok. Serentetan persyaratan harus ia penuhi hari ini sebagai konfirmasi
bersedia/tidaknya melanjutkan beasiswa ini. Cukup kebingungan jelas iya karena
medan IT belum ia kuasai di daerah rumahnya. Yang ia tahu, untuk melengkapi
dokumen ini harus bolak-balik ke kota, tak semudah di Bandung.
Berjam-jam
ia habiskan waktunya di kota dan belum membuahkan hasil juga. Satu kalimat yang
membuatnya down
“Mohon
maaf Ibu, untuk transaksi ini tidak bisa kami lakukan hari ini. Ibu bisa kesini
2minggu lagi setelah libur usai”
Dan
kalimat itu tak hanya berasal dari 1 atau 2 bank saja, melainkan hampir
sederetan bank di ruko itu. Sabrina tampak lemas tak berdaya, pandangannya
kosong dan mulutnya bisu. Lagi-lagi bisikan itu menghiburnya: “Sabar, Allah
pasti menolongmu. Ayo semangatttt!!!”
Setelah
lama mondar-mandir dalam kebingungan, kabar baik dari ponsel mendatanginya:
“Iya
Rin, bisa kok. Udah, kamu nggak usah bingung. Masalah transfer biaya daftar
ulang, biar aku yang urus. Kamu urus yang aja gih…”
“Makasi
banyak ya sista….”, Jawab Sabrina terharu via telephone
Kakinya
yang mulai lemas, matanya yang mulai redup dan badannya yang sangat lelah ia
paksakan menuju target berikutnya. Namun, sebelum kesana dia pastikan dulu
sambil menyelesaikan persyaratan kecil lainnya.
“Maaf
Mbak, ini ternyata nggak bisa. Ke tempat lain”, suara itu muncul dari ponselnya
lagi
Dengan
itu, ia pun ke tempat lain dan hasilnya sama. Waktu menunjukkan pukul 17.45 WIB
dan sebentar lagi waktunya adzan maghrib. Sabrina tak menyerah. Dia kembali ke
kota untuk mencoba segala kemungkinan.
“Oooo….
nggak bisa Mbak. Hari ini sudah pada pulang petugasnya dan bisa kembali kembali
lagi setelah libur usai”
Ya Allah kalimat itu lagi….Tadi
siang sudah engkau tunjukkan kebesaranmu. Hamba mohon, beri hamba pertolonganmu
kali ini. Aku percaya Engkau Maha Penolong ya Allah. Amiiin
Segala
argumen dia sampaikan dan memohon agar diberi kesempatan.
“Ini
ada form dari kampusnya Pak..”
“Emm…coba
liat”, petugas itu diam sejenak membaca form dari kampus
“Ayo
Mbak, ikut saya”
Satu
jam berjalan dengan lancar. Sabrina pun akhirnya akrab dengan mereka dan
obrolan mereka menjadi layaknya seorang teman. Sungguh luar biasa.
Petualangan
belum selesai…… Ayo selesaikan hari ini!! Tinggal sedikit lagi. Semangattttt
!!!
Tak
terasa, jemarinya tertahan di atas keyboard,
sedangkan matanya menutup. Datanglah sang ibu membangnkannya
“Tidurnya
yang bener. Itu laptopnya matikan dulu”, kata Ibunya dengan halus
Perlahan,
matanya membuka dan spontan dia lari, kembali lagi dengan muka basah. Dilanjutkannya
“kirim email” dan akhirnya….
ALHAMDULILLAH, persyaratan selesai
#
to be continued