Sunday, August 26, 2012

AGUSTUS PART-2


“Comment allez vous, ҫa va?”
“Oui, bien sure. Et vous?”
“Aaahhh….ҫa va bien. Bon Iedul Fitrie. Taqobalallaahu minnaa waminkum shiyamanaa washiyamakum, waja’alanaa minal aidzin wal faizin”
“Amiiin… Et vous aussi. Si’l vous plait, madame”
“Merci..”
Suasana lebaran(Idul Fitri) menjadi suasana yang didambakan setiap insan. Damai, ceria dan terharu. Namun demikian, tak jarang manusia yang bersedih karena ditinggalkan Ramadhan:bulan suci penuh berkah.
“Alors,,,emmenez-moi aller à chez nous grand-père”
“Quelque minutes de plus. Attandez-moi”
“Haaaagg… C’est trop lent. Aller vite!!”
“Huuummm…. Pourquoi tu me force toujours? Je te deteste!”
“Voàla…. mes gentil filles. C’est l’Iedul Fitrie, ne déteste pas l'autre! C’est interdire, vous comprennez?”
Les filles se serrent la main, se pardonner les autres.
“Pardonez-moi…”
“Oui, moi aussi”
“Ahhhh…c’est meilleur. Full peace!!”, La mere dit à ses fiiles
“Mon mari, nous sommes prête. Voâla… hehe..”
“Oui, ma moitié de coeur. Je t’aime beaucoup”
“Allez…! Bismillaahi tawakkalnaa ‘alallaahi laa haula walaa quwwata illaa billaah”



Silaturahim menjadi tradisi, bahkan sehari bisa masuk ke 20 rumah sekaligus. Tetapi, wajib didahulukan yaitu orang tua dulu, baru saudara guru tetangga ataupun teman-teman. Sungguh indah, fenomena lebaran. Meski capek, sibuk dan repot, kuyakin takkan ada penyesalan. Senyuman dari saudara menjadi obat lara dan tebusan atas capek yang dirasa.

Saturday, August 25, 2012

AGUSTUS PART-1


Bismillahirrahmaanirrahiim…
AGUSTUS Ceria

Tanggal 1 Agustus adalah awal mandiri secara finansial(tak dapet gajian perbulan lagi dari PSF. Hehe). Sungguh luar biasa bantuan dari PSF yang tak hanya finansial, tetapi sebuah kekeluargaan yang tak terlupakan. Saat ditanya 1 kata tentang SSFSC, makan jawabku adalah
TAK TERLUPAKAN
--------------------------



Seberkas sinar datang menembus awan
Melambaikan tangannya dan membelai dedaunan
Air mengalir meyusuri pori
Mensuplai energi setiap jemari
Akankah kau menginkari
Bahwa Tuhanmu Maha Memberi ???

“Nenek….Sasa nakal!”, ujar Sari sambil mengucek mata
“Siapa? Disuruh masuk dulu ya nak…”, jawab nenek dengan suara lirih
“Aaaaaa…..awas kamu!! huuuuuuuuuuuuuggg”, Sari pun sibuk sendiri dengan njambak1 rambut Sasa. Keributan itu pun tak kunjung reda hingga datanglah sosok jilbaber orange dengan ranselnya. Sosok itu tak asing bagi Sari dan Sasa, namanya Sabrina. Kedatangannya spontan melerai keduanya.
“Tante……..bawa boneka tweety ya? mana liat…..”, rengek Sari padanya.
Belumlah Sabrina menjawab, kedua pipinya dicium Sasa. Sasa memang sangat sayang sama Sabrina, begitu pula Sabrina pada Sasa dan Sari. Hampir setiap hari mereka bercanda, gurau dan tak jarang Sabrina memarahi keduanya saat membuat kesal. Tapi anehnya, setiap kali marah justeru Sabrina ketawa dengan respon mereka yang anah dan lucu. Satu hal unik lainnya, saat Sabrina berpamitan pada mereka. Hampir 20 menit mereka tak bisa lepas karena sekedar cipika-cipiki dan berpelukan. Itulah kasih sayang di antara mereka. Berbeda dengan gambaran kasih sayang Sabrina ke Ibunya tercinta. Tiga jam, empat jam bahkan sering kali mereka tidak tidur semaleman gara-gara ngobrol kanan kiri melepas rindu.
Rasanya 3 hari yang lalu Sabrina gundah “Aku pulang nggak ya? Aku nggak punya uang sama sekali. Bagaimana kalau Sari dan Sasa minta dibelikan es krim? Padahal sekedar es”. Sabrina mondar mandir di depan loket KA dan akhirnya dibawalah selembar tiket Bandung-Lumajang tanggal 7 Agustus.
Kejadian yang sama ia alami 3 hari setelahnya di tempat yang sama. Bedanya, dia akhirnya membawa tiket untuk tanggal 14 Agustus. Hal itu karena ternyata ada kewajiban mendadak atas pilihan yang ia tentukan sendiri. Dia mengirimkan berkas aplikasi beasiswa ke luar negeri. Atas keputusannya ini, dia harus mengurus banyak hal.
Kesempatan yang baik, kenapa tidak?? And than,prepare your self to fighting!!



Nekat memang jiwa Sabrina. Ambisius juga. Namun, bukan berarti dia tak punya pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dan tak dengan tangan kosong pula ia menghadapi segala resiko atas keputusannya. Dalam keadaan ‘pas-pasan’, ia bertekad dengan niatnya untuk mencari ilmu lillaahi ta’alaa.
Bagaikan air mengalir meyusuri pori,mensuplai energi setiap jemari. Berbagai kemudahan ia dapati satu persatu. Sempat ada rasa khawatir, namun keadaan ini tak membatasinya untuk berbagi pada sesama. Selembar kertas bernominal ia berikan pada orang lain, padahal baru saja ia mendapatkannya untuk keperluannya besok. Allah Maha Adil, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dua hal penting in this case:
1.      Terima > Kasih: Setelah menerima, ya kasih juga untuk yang lain donk
2.      Hukum Newton III: Setiap benda yang diberi aksi, maka akan bereaksi(timbal balik)
Layar handphone milik Sabrina bertuliskan demikian:“Mbak, besok ke rumah aja. Ini aku mau bayar tanggungan Mbak 3x
“Assalamu’alaykum”, Sabrina menyampaikan salam layaknya adab bertamu
“Wa’alaykumsalam”, Jawab seisi rumah murid privatnya
“…Ini, buat Mbak Sabrina”
“Wah Bu, ini nggak kebanyakan?”
“Ndak Mbak, itu buat Mbak semua. Maaf ya Mbak, sudah ngrepotin. Terima kasih sudah sabar ngajar Riska. Kalau bisa, nanti ngajar lagi untuk persiapan UNAS. Hehe”
…..
*Di saat yang sulit, pasti ada kemudahan
Tak hanya kemudahan, kesulitan pun berkali-kali ia temui bahkan datang bertubi-tubi. Namun, sabar dan syukur menjadikannya tenang dan keinginannya tercapai. Sesekali ia merasa capek, ingin menyerah. Namun, hati kecilnya berkata: Ya Allah, satu langkah lagi… Semangattt!!

Man Jadda Wajada



Satu kali, dua kali Sabrina tersendat dalam urusan administrasi yang terkadang karena kecerobohannya. Tiga kali dia ganti dengan belajar dari pengalaman. Persiapan itu penting, tetapi tanggap dan cekatan juga tak kalah penting. Kali ini, ia dituntut kecerdasan intelektual dan emosional. Dia harus pandai membaca situasi, cepat menemukan solusi yang tepat dan tidak gegabah. Tak hanya itu, dia pun terlatih pandai berkomunikasi dengan orang lain dan menjaga sikap. Sabrina tidak sendirian, perlu bantuan dan arahan. Diawali berkenalan, ngobrol dan saling membantu sama lain. Itu lebih indah daripada sekedar tahu nama.
Kegundahannya pulang kampung kini terbayar dengan bertemu orang-orang yang dicintainya. Pagi hingga sore dia lalui seperti hari biasa. Malamnya, Sabrina melalukukan rutinitas wajib atas pilihannya. Dia pun membuka inbox email dan membacanya dengan cermat.
The original forms can be submitted at Admissions Office upon your arrival if you enrol to AIT

“Alhamdulillah Ya Allah……”
Usahanya selama ini takkan pernah sia-sia. Apapun yang dia terima, diyakini itulah yang terbaik. Dari email itulah, Sabrina mulai merencanakan jadwal barunya untuk besok. Serentetan persyaratan harus ia penuhi hari ini sebagai konfirmasi bersedia/tidaknya melanjutkan beasiswa ini. Cukup kebingungan jelas iya karena medan IT belum ia kuasai di daerah rumahnya. Yang ia tahu, untuk melengkapi dokumen ini harus bolak-balik ke kota, tak semudah di Bandung.
Berjam-jam ia habiskan waktunya di kota dan belum membuahkan hasil juga. Satu kalimat yang membuatnya down
“Mohon maaf Ibu, untuk transaksi ini tidak bisa kami lakukan hari ini. Ibu bisa kesini 2minggu lagi setelah libur usai”
Dan kalimat itu tak hanya berasal dari 1 atau 2 bank saja, melainkan hampir sederetan bank di ruko itu. Sabrina tampak lemas tak berdaya, pandangannya kosong dan mulutnya bisu. Lagi-lagi bisikan itu menghiburnya: “Sabar, Allah pasti menolongmu. Ayo semangatttt!!!”
Setelah lama mondar-mandir dalam kebingungan, kabar baik dari ponsel mendatanginya:
“Iya Rin, bisa kok. Udah, kamu nggak usah bingung. Masalah transfer biaya daftar ulang, biar aku yang urus. Kamu urus yang aja gih…”
“Makasi banyak ya sista….”, Jawab Sabrina terharu via telephone
Kakinya yang mulai lemas, matanya yang mulai redup dan badannya yang sangat lelah ia paksakan menuju target berikutnya. Namun, sebelum kesana dia pastikan dulu sambil menyelesaikan persyaratan kecil lainnya.
“Maaf Mbak, ini ternyata nggak bisa. Ke tempat lain”, suara itu muncul dari ponselnya lagi
Dengan itu, ia pun ke tempat lain dan hasilnya sama. Waktu menunjukkan pukul 17.45 WIB dan sebentar lagi waktunya adzan maghrib. Sabrina tak menyerah. Dia kembali ke kota untuk mencoba segala kemungkinan.
“Oooo…. nggak bisa Mbak. Hari ini sudah pada pulang petugasnya dan bisa kembali kembali lagi setelah libur usai”
Ya Allah kalimat itu lagi….Tadi siang sudah engkau tunjukkan kebesaranmu. Hamba mohon, beri hamba pertolonganmu kali ini. Aku percaya Engkau Maha Penolong ya Allah. Amiiin
Segala argumen dia sampaikan dan memohon agar diberi kesempatan.
“Ini ada form dari kampusnya Pak..”
“Emm…coba liat”, petugas itu diam sejenak membaca form dari kampus
“Ayo Mbak, ikut saya”
Satu jam berjalan dengan lancar. Sabrina pun akhirnya akrab dengan mereka dan obrolan mereka menjadi layaknya seorang teman. Sungguh luar biasa.
Petualangan belum selesai…… Ayo selesaikan hari ini!! Tinggal sedikit lagi. Semangattttt !!!
Tak terasa, jemarinya tertahan di atas keyboard, sedangkan matanya menutup. Datanglah sang ibu membangnkannya
“Tidurnya yang bener. Itu laptopnya matikan dulu”, kata Ibunya dengan halus
Perlahan, matanya membuka dan spontan dia lari, kembali lagi dengan muka basah. Dilanjutkannya “kirim email” dan akhirnya….
ALHAMDULILLAH, persyaratan selesai






# to be continued