“Bu, ini harganya berapa?”,tanya Bu Sekha sambil mengangkat dispenser
“Itu harganya tiga ratus ribu,mbak.”
“Tidak boleh kurang,Bu?”
“Mbak mintanya berapa?”
“Dua ratus lima puluh ribu,Bu.”
“Wah,tambahi dikit mbak,tujuh ratus lima puluh ribu!”
“Ya sudah Bu.Tujuh ratus lima puluh ribu”.Bu Sekha kemudian mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.Setalah itu dia berjalan menuju terminal bus.
“Maaf pak,kalau mau ke Sinanjang pakai bus mana ya?”
“Pakai bus Lancar mbak.Tapi masih lama.Tunggu di halte saja.”
“O..ya sudah,terima kasih ya pak”.Bu Sekha dengan langkah pelan menuju halte.
Tiba-tiba datang seorang ibu-ibu menawarkan Es Dawet di punggungnya.”Es Dawet mbak,sambil nunggu bus.”
“Satu ya Bu,tapi dibungkus saja.”dalam hatinya Bu Sekha berkata:Ya Allah,ternyata masih ada yang lebih susah daripada aku.Fabi ayyi aalaa irobbikumaa tukadzibaan.yang artinya:Nikmat Allah yang mana yang kamu dustakan?
“Terima kasih Bu.”ucap Bu Sekha
“Ibu suadah lama jualan Es Dawet?”.
“Wah,itu sudah pekerjaan saya dari dulu mbak.Malahan saya juga buka warung Es Dawet di Sinanjang.Ini saja saya mau pulang ke sana,sudah siang”
“Saya juga orang Sinanjang Bu,tapi kok saya tidak tahu ya?”
“Mbak pasti orang baru ya?”
“Ya Bu,Saya pendatang baru dari Pemalang.”
Di tengah asyiknya pembicaraan itu,bus yang ditnggu-tunggu akhirnya datang juga.Mereka pun segera naik bus ke arah Sinanjang.Di dalam bus mereka asyik berbincang-bincang mengenai kehidupan masing-masing.
“Saya turun dulu ya mbak,itu warung saya.Jangan sungkan untuk main.”ujar penjual Es Dawet sambil menunjuk warung beratap daun bambu.
Sesampainya di rumah,Bu Sekha langsung membereskan barang-barang di rumahnya.Setelah semuanya beres,dia pun duduk termenung memikirkan hidup penjual Es Dawet tadi.Keheningan itu terpecahkan oleh suara ketukan pintu.Di bukanya pintu itu dan dia segera menyambut suaminya yang baru pulang dari tempat kerjanya.
Selesai makan malam,Bu Sekha mengutarakan maksudnya untuk berkunjung ke warung Es Dawet milik Bu warkonah kepada sang suami.
“Abi,umi tadi bertemu dengan Bu Warkonah,tetangga baru kita yang jualan Es Dawet.Setelah berbincang-bincang dengan beliau,rasanya umi ingin membantunya.Rencananya besok umi mau ke sana.Bagaimana Bi?
“Subhanallah,istriku yang lembut hatinya.Tentu saja Abi membolehkan.Bahkan Abi mendukung penuh niat umi .”
“Terima kasih Bi”
***
Dengan sinar pagi yang cerah,Allah menggerakkan kaki Bu Sekha ke warung Es Dawet Bu Warkonah yang berada di samping SMP Negeri 4 Sinanjang itu.Di sana tampak ramai anak-anak berbaju biru putih memenuhi bangku di warung.Namun,ada satu anak yang sibuk dengan gelas kotor.Anak itu dengan cekatan mencuci gelas kotor yang bertumpuk di tempat cuci.
“Assalamu’alaikum....”,Bu Sekha bersalaman dengan bu Warkonah dan anaknya yang tengah sibuk itu pun segera cuci tangan dan bersalaman dengan Bu Sekha.Bu Warkonah lantas mempersilakan Bu Sekha dan menjamunya dengan segelas Es Dawet.
“Lho,adik kok masih pakai baju sekolah?”tanya Bu Sekha pada Abdul.
Anak itu hanya tersenyum dan dengan nada rendah,Bu Warkonah langsung menjawab,”Ya,dia saya suruh untuk membantu saya.Kalau harus ngajak orang lain saya tidak sanggup menggajinya.”
“Subhanallah,anak ibu sungguh berbakti.Semoga saja kelak saya mendapatkan anak yang solih seperti anak ibu ya.”
“Amin...”kata Bu Warkonah
“Maaf ya Bu kalau kedatangan saya ke sini mengganggu.Maksud kedatang saya ini mau mengundang ibu untuk datang ke rumah saya besok sore,saya ingin membantu ibu memajukan usaha Es Dawet ini dengan mengajak warga untk bergabung dengan ibu.Kira-kira ibu bisa tidak?”
“InsyaAllah saya bisa mbak,boleh ngajak adik saya?”
“O...silahkan Bu,Saya justru sangat senang kalau banyak yang datang.Kalau bisa ngajak teman,tetangga atau siapapun Bu.”
“...ya sudah Bu,untuk lebih lanjutnya nanti dibicarakan di rumah saya saja.Saya pamit dulu ya Bu”.Bu Sekha menyalami Bu Warkonah dengan amplop berisi uang.
“Lho mbak,ini apa?”Bu Warkonah tekejut dengan amplop itu.
“Sudah Bu,terima saja,semoga bermanfaat.”
“waduh,saya jadi sungkan.terima kasih mbak”
“Sama-sama Bu,Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
***
Di rumah Bu Sakha tampak pembicaraan yang cukup serius antara ibu-ibu dan para remaja Sinanjang.Mereka mendiskusikan rencana mengembangkan usaha Es Dawet.Dalam pembicaraan itu,Bu Sekha memberikan pengarahan cara untuk mengembangkan usaha sekaligus menciptakan lapangan kerja yaitu dengan mendirikan usaha kecil bersama.Musyawarah itu juga dihadiri ketua RT setempat untuk memberikan persetujuan sekaligus memotivasi ibu-ibu dan remaja Sinanjang.
Untuk melancarkan usaha itu,dibentuk organisasi khusus wanita untuk mengelola usaha tersebut.Organisasi itu diberi nama ‘Khoirun Nisa’ atas kesepakatan bersama.Di dalam organisasi itu telah ditentukan siapa saja yang bergabung dengan Bu warkonah untuk mengembangkan usaha Es Dawet sekaligus langkah-langkah apa yang yang akan dilakukan selanjutnya.Diskusi itu sangat aktif.Hampir semua mengutarakan pendapatnya.Ternyata meskipun ibu-ibu dan remaja di sana mempunyai potensi dan ide-ide yang cemerlang meskipun mereka tidak mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.
“Bu Sekha,saya mau usul.Bagaimana kalau usaha ini tidak hanya Es Dawet saja,misalnya saja usaha Keripik Singkong.”Usul Nurin.
“Ha..Keripik Singkong?nnggak salah Nur?”tanya Bu Warkonah
“Maaf Bu,menurut saya ide mbak Nurin ini sangat bagus.Jadi memang nantinya kita tidak hanya membuka satju bidang usaha saja.Bagi ibu-ibu atau mbak-mbak yang ingin mengembangkan usaha apapun,asal halal,diutarakan saja.Nanti untuk pengembangannya kita bahas bersama.Dalam organisasi ini juga nantinya kan ada banya pelatihan untuk kita semua.”
“Contohnya pelatihan apa Bu?,apa ada latihan menembak dan loncat-loncatnnya?Kalau ada saya idak mau ikut.Saya takut.”kata Bu Sumi yang sudah agak sepuh(tua) itu.
Serentak semuanya tertawa mendengar pertanyaan Bu Sumi.
“Waduh Bu...bukan pelatihan militer yang dimaksud.Tapi seperti pelatihan berdagang yang dulu pernah diadakan itu Bu.Buka begitu kan mbak Sekha?”jelas Bu Kainah.
“Betul sekali Bu.Jadi nanti kita akan dilatih bagaimana cara mengelola modal,cara membuat baju,keset,cara menjaga kesehatan dan lain-lain.Apa dari ibu-ibu ini ada yang punya usul nanti kita butuh pelatihan apa?”Kata Bu Sekha.
“Mbak,saya kan jualan Es Dawet tapi kurang bisa menghitung pembagian uangnya.Bagaimana kalau pelatihan untuk yang seperti itu?”
“Bisa Bu,nanti berarti ada pelatihan ‘manajemen uang’ namanya.”
“Bu,saya kan orangnya suka membuat barang-barang unik.Bagaimana kalau ada pelatihan membuat barang-barang unik ?”usul Lisda.
“Itu juga bagus.O ya,di sekitar kita pasti kan ada sampah seperti plastik,bungkus deterjen,dll.Bagaimana kalau kita adakan pelatihan membuat kerajinan tangan seperti tas,kotak pensil,dll?”
“Ya mbak saya setuju.Nanti kan sampahnya jadi berkurang”,kata Bu Rini.
“Memangnya bisa?”tanya Bu Kainah.
“Bisa kok,Bu.Di tempat saya dulu,sudah ada pembuatan kerajinan tangan seperti itu.”jawab Bu Sekha.
“...Berhubung waktunya sudah agak malam,saya kira cukup sekian dulu musyawarah kita.Untuk lebih lanjutnya nanti kita mussyawarahkan lagi.Terima kasih atas kedatangan ibu-ibu dan mbak-mbak.Semoga apa yang akan kita lakukan ini dinilai sebagai ibadah dan semoga mendapat ridho dari Allah.Mari kita tutup musyawarah ini dengan do’a.”
***
Sebelum pulang ke rumah masing-masing,semuanya saling bersalam-salaman.Satu per satu keluar dari rumah Bu Sekha dengan wajah riang.
“Bu,saya kok kagum dengan Bu Sekha.Masih muda,belum punya anak,tapi kok sudah berpikiran dewasa,cerdas lagi.”Kata Bu Warkonah
“Ya Bu.Padahal dia kan baru di sini.Tapi sudah akrab,peduli dengan lingkungan kita.Beruntung sekali ya suaminya itu.”
“Semoga saja kita semua bisa menjadi lebih baik,paling tidak sedikit mencontoh dari mbak Sekha.”
“Lisda,mumpung kamu belum menikah,tirulah mbak Sekha itu.Jangan sembarangan bergaul,jadilah istri yang soliha.”kata Bu Kainah.
“Amin....”kata Lisda.
***
Hari ini adalah hari pertama kegiatan ‘Khoirun Nisa’ yaitu pelatihan pembuatan tas,dompet,dll dari bungkus sabun,deterjen,dll.Setelah mempersiapkan selama dua minggu akhirnya kegiatan ini berjalan lancar.Banyak pihak yang mendukung kegiatan ini,seperti Dinas Kebersihan,Pemerintan Kabupaten,dll.
Kegiatan ini berlangsung di balai desa Sinanjang.Banyak warga yang berpartisipasi.Semua peserta sibuk dengan bungkus-bungkus itu.Selah semua kreasi mereka jadi,akhirnya diumumkan karya yang terbaik.
“Baiklah ibu-ibu,setelah kami lihat,ternyata karya ibu-ibu ini sangat luar biasa.Semuanya bagus-bagus.Tapi sesuai kesepakatan tadi bahwa harus ada yang terbaik dari yang terbaik.Dari semua pengunjung disini telah menentukan bahwa karaya terbaik adalah...siapa ya?”pembawa acara sengaja memperlambat supaya mereka penasaran.
“Dan akhirnya pemenangnya adalah Bu Warkonah.Ibu Warkonah dipersilahkan untuk naik ke atas panggung untuk menerima hadiah”.
Keadaan semakin tambah ramai dengan suara ucapan selamat kepada Bu Warkonah.Desa Sinanjang yang dari kemarin sepi, sekarang ramai bagaikan bazar besar-besaran.Ini adalah langkah awal menuju kemajuan Desa Sinanjang dengan Lantaran Kepedulian Bu Sekha sebagai mtivator masyarakat Desa Sinanjang.
Seorang muslimah baik tua atau muda bisa melakukan perubahan dalam masyarakat menjadi lebih baik.Kisah Bu Sekha merupakan salah satu contoh dan motivasi bagi kaum muslimah bahwa muslimah pun bisa memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat.
No comments:
Post a Comment