Wednesday, May 30, 2012

Mengapa Harus Berpisah


 
Cinta adalah sesuatu yang acap kali menjadi hal paling eksplosif dalam hati para insan, terutama wanita.  
*Cinta, yang dianggap sekadar babak pertama bagi laki-laki, ternyata merupakan hidup-mati bagi perempuan. (Sodiq, 2011)
Bagiku sendiri, kalimat di atas buka berarti wanita memiliki cinta yang jauh lebih banyak dari laki-laki. Melainkan, perasaan wanita yang terlalu lembut itu lah yang terkadang membuatnya seolah tidak berada dalam dunia nyata tatkala mengenal “cinta”. Entah itu bahagia karena dirundung rasa cinta atau justru tertusuk-tusuk hatinya karena kekecewaan dalam cinta. (red:cinta yang dimaksud adalah perasaan antar kaum Adam-Hawa)
Berbicara masalah cinta, pasti ada manis ada pahit, bahkan asam-pedas pun tak lekang dari kata cinta.  Ya, tak jarang kita temui para wanita dengan mata berkaca-kaca, merah bahkan sampai-sampai terlihat bak bola bakso lantaran tangisannya yang tiada henti. Itulah sedikit contoh ekspresi wanita pasca datangnya perpisahan. Di jaman sekarang ini hal itu tak hanya terjadi di kalangan ibu-ibu yang cerai dari suaminya, tetapi tak jarang anak-anak kecil usia SMP pun kerap mengalami perpisahan. Tentunya, usia SMP atau SMA menangis hanya lantaran putus dari pacar.
Ada tiga kategori perpisahan dalam cinta:
1.      Putus cinta monyet
            “Mulai sekarang kita putus!!!”, itulah yang sering kali terdengar dan terlihat di layar televisi Indonesia, khususnya sinetron. Sekarang ini, siapa sih yang nggak pernah mendengar adegan ini di TV meski sekedar terlintas? Pastinya ada dan saya sangat salut, bangga dengan beliau-beliau yang terhindar dari demam sinetron Indonesia ini terlebih drama korea yang sense of love nya dapet banget, katanya.
            Tahukah kalian apa itu sinetron “Putih Abu-abu?” bukan sebuah organisasi sosial non-profit bernama “Putih Abu-abu Scholarship(PAS)” à klik: www.pas-indonesia.org. Sayangnya saya bukan lagi promosi sinetron itu, tetapi sekadar mengambil satu contoh gambaran kehidupan anak-anak kita, adik-adik kita SMA saat ini. “Parah…” itulah komentarku. Usia SMA yang seharusnya diperkuat dengan pembentukan karakter, akhlak yang mulia malah dijejali dengan hal-hal memabukkan yang terkadang menjadikan mereka tak kenal dunia nyata, tak kenal belajar, membantu orang tua apalagi bekerja demi kelangsungan hidup. Yang ada dalam benak mereka hanyalah “cinta monyet” dengan harapan-harapan kosong, harapan semu dari sang pacar. Rasa kesal, kecewa, tangisan bahkan bunuh diri adalah akibatnya. Memang, sebagian ada beberapa yang bisa mengontrol diri sehingga tak terjadi hal-hal demikian. Sebagian juga justru menjadi motivasi belajar, tapi itu tak lama. Dampak dominannya ya kekecewaan-kekecewaan itu tadi.
            Nah, dalam poin ini, saya tidak banyak membahas hal terkait putus cinta karena memang belum saatnya mereka mengenal hal ini. Terlalu disayangkan jika banyak waktu mereka yang digunakan untuk sekadar jalan-jalan berdua ketimbang belajar, membantu orang tua dsb. Terlalu disayangkan jika banyak waktu mereka yang digunakan untuk sekadar menangisi hal yang tak perlu ditangisi daripada untuk merasakan indahnya kebersamaan keluarga, teman-teman sekolah dan untuk merasa bangga atas prestasi diri sebagai wujud karya anak bangsa. Adik-adikku, waktumu masih amat sangat panjang untuk merasakan serunya petualangan hidup, buka jebakan cinta monyet.

2.      Jatuh dari tangga pernikahan
            Apakah maksud dari tangga pernikahan? Saya kira sahabat sekalian sudah bisa menebak apa yang saya maksud. Ya, setiap manusia hendaknya tidak hidup sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Apa sajakah yang dibutuhkan? Tentunya tak sekedar kebutuhan primer versi mata pelajaran ekonomi yaitu sandang, pangan dan papan. Manusia hidup tak hanya bawa bekal badan dan otak. Ada hal kecil tetapi amat sangat penting dan merupakan penentu bahagia atau tidaknya atas segala yang terjadi pada kita, penentu diterima atau tidaknyanya amalan kita di sisi-Nya. Hati, itulah yang saya maksud. Hati adalah tempatnya kita meniatkan segala sesuatu, tempat asal perasaan kita. Senang, sedih, takut bisa dirasakan di hati, bukan di otak atau tangan. Betul kan? Nah, hati pun memiliki dan membutuhkan sesuatu yang biasa disebut “cinta”. Cinta yang merupakan perasaan saling mengasihi, menyayangi dan berkorban.
            Dalam pembahasan ini, tentunya cinta yang disebutkan adalah laksana cinta Siti Fatimah kepada Ali bin Abi Tholib, laksana cinta Yusuf dan Zulaikha, dan yang  terkalahkan adalah cinta Rasulullah kepada Siti Khatijah, kepada Aisyah. Cinta yang didasari iman dan takwa kepada Allah s.w.t. Cinta yang dipupuk dan dirawat dalam sebuah pernikahan, bukan tanpa ikatan yang suci.
Rasulullah pun bersabda:
“Nikah adalah sunnahku. Barang siapa tidak mengikuti sunnahku, maka tidak termasuk dalam umatku”
Itulah yang mendasari saudara-saudariku untuk menikah, bukan semata-mata karena alasan “keinginan atau kebutuhan” saja.
            Pernikahan itu sendiri bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan pula hal yang menakutkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mulai dari mengenali diri sendiri, merencanakan dan pelaksanaan. Poin tangga pernikahan inilah yang disebut tahap merencanakan. Sofwan Al-Banna dalam salah tulisannya menyabutkan bahwa dalam tahap perencanaan ada 5 tahapan lagi. Apakah itu? Yang pertama yaitu inisiatif yaitu menyampaikan maksud kepada orang tua atau pihak-pihak terkait yang lain. Kedua yaitu searching dalam artian mencari belahan jiwa atau tulang rusuk yang takkan pernah tertukar. Eits..dalam proses searching ini tentunya harus hati-hati, jangan sampai salah jalan. Ketiga yaitu ta’aruf atau mengenal lebih dalam dengan cara yang baik tentunya. Keempat yaitu pasca-ta’aruf:kontemplasi, kalkulasi dan strategi dan yang kelima yaitu khitbah(meminang).
            Siapakah jodohku? Seperti apakah sosok yang disiapkan oleh Allah untukku? Kalimat ini terkadang menjadi bisikan rutin yang menghantui para kawula muda. Orang jawa menjawabnya dengan 3B(Bobot, Bibit, Bebet). Bobot bisa diartikan kualitas, Bibit adalah keturunan/sisilah keluarga dan Bebet adalah rupa baik cantik ataupun bagus. Dalam islam sendiri, ada 4 tingkatan kriteria yaitu Agama, Keturunan, Rupa dan Harta. Sedangkan saya sendiri menambahkan bahwa ada satu hal penting yang perlu juga diperhatikan yaitu kecocokan. Jika ada dua pilihan atau lebih(hebat bangat ya?? hehe), sedangkan 3 poin atau 4 point di atas bernilai hampir sama, maka pilihlah yang “klik” dan untuk yang satu ini hanya hati yang bersih yang dapat menilai dengan tulus. Bagaimana agar tidak salah pilih? Berdoalah kepada Allah dan senantiasa menjadi orang yang selalu berusaha lebih baik.
            Mencari dan menemukan tulang rusuk yang “pas” tentu tidak mudah. Ada kala lancar, langsung berhasil dan ada kala belum berhasil karena menikah tak hanya menyatukan dua hati melainkan menyatukan dua keluarga. Menikah tak hanya didasari ego masing-masing melainkan mencari kemaslahatan bersama. Tahukah sahabatku tentang film KCB:Ketika Cinta Bertasbih? dimana diceritakan Azam berkali-kali mencoba tetapi tak kunjung berhasil. Di situlah manusia benar-benar diuji kesabarannya dan Allah Maha Mengetahui . Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
            Manusia hanya bisa merencanakan, berusaha dan sama sekali bukan manusia untuk menentukan akhir dari apa yang kita usahakan. Sahabatku yang sedang dirundung kesedihan, bersabarlah.. yakinlah bahwasanya Allah sedang menyiapkan seseorang yang terbaik untukmu. Sosok yang insyaAllah akan membahagiakanmu dunia akhirat. Amiin...

            “Nikmat mana lagi yang engkau dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman)
                                                                                                      
3.      Perceraian rumah tangga
            Berbicara mengenai rumah tangga tentunya tak semudah berbicara masalah menu makan siang. Pernikahan tak hanya menyatukan dua hati, melainkan menyatukan dua keluarga. Keluarga yang barokah insyaAllah akan membawa kebahagiaan bagi mereka maupun orang lain. Namun, ada kalanya sebuah keluarga mengalami keretakan. Saya jadi teringat penggalan syair sebuah lagu:
Bukan salahmu kasih bukan salahku jua
hanya perbedaan jadi jurang pemisah…
            Perceraian memang dibperbolehkan, tetapi tidak disukai. Akan ada banyak kerugian dibalik perceraian terutama bagi anak. Akan tetapi, tidak selamanya perceraian itu hanya mendatangkan kerugian tanpa ada kemanfaatan. Dalam mengambil sebuah keputusan tentunya didasarkan berbagai pertimbangan, terutaman pertimbangan agama.
            Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S: Al Baqoroh,122)
            Permasalahan dalam rumah tangga itu pasti ada. Baik masalah ekonomi, kesetiaan, hingga hal-hal kecil yang tidak cocok sekalipun. Sebuah pepatah mengatakan, “rumah tangga tanpa masalah bagai sayur tanpa garam”. Permasalahan itu untuk diselesaikan dengan baik, bukan untuk ditinggalkan begitu saja. Sudah jutaan kasus perceraian yang ada di negara kita baik pasangan muda atau tua. Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi maslah termasuk mindset kita. Ibuku(Tarsini) dalam nasihat beliau mengatakan bahwa dalam hidup pasti ada masalah dan itulah salah satu ujian yang dihadapi. Kalau kita bisa melewati dengan sabar dan tawakkal insyaAllah kita LULUS. Namun, jika justeru menanggapinya dengan amarah, putus asa itu artinya kita tidak lulus alias TIDAK NAIK TINGKAT. Seseorang juga pernah mengatakan demikian yang dengan ujian itu maka kita tahu sebatas mana KAPASITAS kita.
            Dua orang yang sedang mengalami masalah biasanya memiliki emosi labil, kecuali orang hebat yang bisa tetap stabil(tenang). Sangat diharapkan jika mereka berdua mampu menyelesaikan masalah itu sendiri tanpa orang lain tahu dengan tujuan agar masalah tidak melebar kemana-mana yang nantinya bisa menjadi fitnah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri kalau manusia memiliki batas kemampuan sehingga bisa saja mereka tidak dapat menyelesaikannya sendiri. Hal yang cukup ampuh untuk menghindari permasalahan yang lebih besar yaitu dengan meminta bantuan perantara seperti dalam ayat di atas yaitu satu dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Kalau sepakbola punya wasit, penyelesaian masalah keluarga pun memiliki perantara(hakim) yang tentunya tak kalah bijak, adil dari seorang wasit sepakbola.
            Nah, kalaupun pada akhirnya didapatkan keputusan bercerai dan itu adalah keputusan terbaik, ya harus bagaimana lagi? Kita harus bisa menerimanya dengan lapang. Masih ingatkah kisah Ana Al ‘Athofunnisa pada flm KCB yang pada akhirnya bercerai dengan Furqon? Pada akhirnya, setelah perceraian itu Ana justeru menemukan kebahagiaan yang sejak dulu ia nantikan. Ya, itulah kehidupan dan Allah selalu lebih tahu tentang kita daripada kita sendiri.

Semoga tulisan ini bermanfa’at untuk kita semua. Amiiin..


-------------------------------------------------
Inspirasi:                                                                                                            
11.    Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

22.      Lagu berjudul ”Mengapa harus berpisah”, oleh: Nike Ardila

No comments:

Post a Comment