Cinta adalah sesuatu yang acap kali menjadi hal
paling eksplosif dalam hati para insan, terutama wanita.
*Cinta, yang
dianggap sekadar babak pertama bagi laki-laki, ternyata merupakan hidup-mati
bagi perempuan. (Sodiq, 2011)
Bagiku sendiri, kalimat di atas buka berarti wanita
memiliki cinta yang jauh lebih banyak dari laki-laki. Melainkan, perasaan
wanita yang terlalu lembut itu lah yang terkadang membuatnya seolah tidak
berada dalam dunia nyata tatkala mengenal “cinta”. Entah itu bahagia karena
dirundung rasa cinta atau justru tertusuk-tusuk hatinya karena kekecewaan dalam
cinta. (red:cinta yang dimaksud adalah perasaan antar kaum Adam-Hawa)
Berbicara masalah cinta, pasti ada manis ada pahit,
bahkan asam-pedas pun tak lekang dari kata cinta. Ya, tak jarang kita temui para wanita dengan
mata berkaca-kaca, merah bahkan sampai-sampai terlihat bak bola bakso lantaran
tangisannya yang tiada henti. Itulah sedikit contoh ekspresi wanita pasca
datangnya perpisahan. Di jaman sekarang ini hal itu tak hanya terjadi di kalangan
ibu-ibu yang cerai dari suaminya, tetapi tak jarang anak-anak kecil usia SMP
pun kerap mengalami perpisahan. Tentunya, usia SMP atau SMA menangis hanya
lantaran putus dari pacar.
Ada tiga kategori perpisahan dalam cinta:
1.
Putus cinta monyet
“Mulai sekarang kita putus!!!”,
itulah yang sering kali terdengar dan terlihat di layar televisi Indonesia,
khususnya sinetron. Sekarang ini, siapa sih yang nggak pernah mendengar adegan
ini di TV meski sekedar terlintas? Pastinya ada dan saya sangat salut, bangga
dengan beliau-beliau yang terhindar dari demam sinetron Indonesia ini terlebih
drama korea yang sense of love nya
dapet banget, katanya.
Tahukah kalian apa itu sinetron “Putih Abu-abu?” bukan sebuah
organisasi sosial non-profit bernama “Putih
Abu-abu Scholarship(PAS)” à klik:
www.pas-indonesia.org. Sayangnya saya bukan lagi promosi sinetron itu,
tetapi sekadar mengambil satu contoh gambaran kehidupan anak-anak kita,
adik-adik kita SMA saat ini. “Parah…” itulah komentarku. Usia SMA yang
seharusnya diperkuat dengan pembentukan karakter, akhlak yang mulia malah
dijejali dengan hal-hal memabukkan yang terkadang menjadikan mereka tak kenal
dunia nyata, tak kenal belajar, membantu orang tua apalagi bekerja demi
kelangsungan hidup. Yang ada dalam benak mereka hanyalah “cinta monyet” dengan
harapan-harapan kosong, harapan semu dari sang pacar. Rasa kesal, kecewa,
tangisan bahkan bunuh diri adalah akibatnya. Memang, sebagian ada beberapa yang
bisa mengontrol diri sehingga tak terjadi hal-hal demikian. Sebagian juga justru
menjadi motivasi belajar, tapi itu tak lama. Dampak dominannya ya
kekecewaan-kekecewaan itu tadi.
Nah, dalam poin ini, saya tidak banyak
membahas hal terkait putus cinta karena memang belum saatnya mereka mengenal
hal ini. Terlalu disayangkan jika banyak waktu mereka yang digunakan untuk sekadar
jalan-jalan berdua ketimbang belajar, membantu orang tua dsb. Terlalu
disayangkan jika banyak waktu mereka yang digunakan untuk sekadar menangisi hal
yang tak perlu ditangisi daripada untuk merasakan indahnya kebersamaan
keluarga, teman-teman sekolah dan untuk merasa bangga atas prestasi diri
sebagai wujud karya anak bangsa. Adik-adikku, waktumu masih amat sangat panjang
untuk merasakan serunya petualangan hidup, buka jebakan cinta monyet.
2.
Jatuh dari tangga pernikahan
Apakah maksud dari tangga pernikahan?
Saya kira sahabat sekalian sudah bisa menebak apa yang saya maksud. Ya, setiap
manusia hendaknya tidak hidup sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lain. Apa sajakah yang dibutuhkan? Tentunya tak
sekedar kebutuhan primer versi mata pelajaran ekonomi yaitu sandang, pangan dan papan. Manusia hidup tak hanya bawa bekal badan dan otak. Ada hal
kecil tetapi amat sangat penting dan merupakan penentu bahagia atau tidaknya
atas segala yang terjadi pada kita, penentu diterima atau tidaknyanya amalan
kita di sisi-Nya. Hati, itulah yang
saya maksud. Hati adalah tempatnya kita meniatkan segala sesuatu, tempat asal
perasaan kita. Senang, sedih, takut bisa dirasakan di hati, bukan di otak atau
tangan. Betul kan? Nah, hati pun memiliki dan membutuhkan sesuatu yang biasa
disebut “cinta”. Cinta yang merupakan perasaan saling mengasihi, menyayangi dan
berkorban.
Dalam pembahasan ini, tentunya cinta
yang disebutkan adalah laksana cinta Siti Fatimah kepada Ali bin Abi Tholib,
laksana cinta Yusuf dan Zulaikha, dan yang
terkalahkan adalah cinta Rasulullah kepada Siti Khatijah, kepada Aisyah.
Cinta yang didasari iman dan takwa kepada Allah s.w.t. Cinta yang dipupuk dan
dirawat dalam sebuah pernikahan, bukan tanpa ikatan yang suci.
Rasulullah pun
bersabda:
“Nikah adalah sunnahku. Barang siapa tidak mengikuti
sunnahku, maka tidak termasuk dalam umatku”
Itulah yang
mendasari saudara-saudariku untuk menikah, bukan semata-mata karena alasan
“keinginan atau kebutuhan” saja.
Pernikahan itu sendiri bukanlah hal
yang mudah, tetapi bukan pula hal yang menakutkan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan mulai dari mengenali diri
sendiri, merencanakan dan
pelaksanaan. Poin tangga pernikahan inilah yang disebut tahap merencanakan.
Sofwan Al-Banna dalam salah tulisannya menyabutkan bahwa dalam tahap
perencanaan ada 5 tahapan lagi. Apakah itu? Yang pertama yaitu inisiatif yaitu menyampaikan maksud
kepada orang tua atau pihak-pihak terkait yang lain. Kedua yaitu searching dalam artian mencari belahan
jiwa atau tulang rusuk yang takkan pernah tertukar. Eits..dalam proses searching ini tentunya harus hati-hati,
jangan sampai salah jalan. Ketiga yaitu ta’aruf
atau mengenal lebih dalam dengan cara yang baik tentunya. Keempat yaitu pasca-ta’aruf:kontemplasi, kalkulasi dan
strategi dan yang kelima yaitu khitbah(meminang).
Siapakah
jodohku? Seperti apakah sosok yang disiapkan oleh Allah untukku? Kalimat ini terkadang menjadi bisikan rutin yang menghantui
para kawula muda. Orang jawa menjawabnya dengan 3B(Bobot, Bibit, Bebet). Bobot
bisa diartikan kualitas, Bibit adalah keturunan/sisilah keluarga dan Bebet
adalah rupa baik cantik ataupun bagus. Dalam islam sendiri, ada 4 tingkatan kriteria
yaitu Agama, Keturunan, Rupa dan Harta. Sedangkan saya sendiri menambahkan
bahwa ada satu hal penting yang perlu juga diperhatikan yaitu kecocokan. Jika
ada dua pilihan atau lebih(hebat bangat ya?? hehe), sedangkan 3 poin atau 4
point di atas bernilai hampir sama, maka pilihlah yang “klik” dan untuk yang satu ini hanya hati yang bersih yang dapat
menilai dengan tulus. Bagaimana agar tidak salah pilih? Berdoalah kepada Allah
dan senantiasa menjadi orang yang selalu berusaha lebih baik.
Mencari dan menemukan tulang rusuk
yang “pas” tentu tidak mudah. Ada kala lancar, langsung berhasil dan ada kala
belum berhasil karena menikah tak hanya menyatukan dua hati melainkan
menyatukan dua keluarga. Menikah tak hanya didasari ego masing-masing melainkan
mencari kemaslahatan bersama. Tahukah sahabatku tentang film KCB:Ketika Cinta
Bertasbih? dimana diceritakan Azam berkali-kali mencoba tetapi tak kunjung
berhasil. Di situlah manusia benar-benar diuji kesabarannya dan Allah Maha
Mengetahui . Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita
inginkan.
Manusia hanya bisa merencanakan,
berusaha dan sama sekali bukan manusia untuk menentukan akhir dari apa yang
kita usahakan. Sahabatku yang sedang dirundung kesedihan, bersabarlah..
yakinlah bahwasanya Allah sedang menyiapkan seseorang yang terbaik untukmu.
Sosok yang insyaAllah akan membahagiakanmu dunia akhirat. Amiin...
“Nikmat
mana lagi yang engkau dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman)
3.
Perceraian rumah tangga
Berbicara
mengenai rumah tangga tentunya tak semudah berbicara masalah menu makan siang.
Pernikahan tak hanya menyatukan dua hati, melainkan menyatukan dua keluarga.
Keluarga yang barokah insyaAllah akan membawa kebahagiaan bagi mereka maupun
orang lain. Namun, ada kalanya sebuah keluarga mengalami keretakan. Saya jadi
teringat penggalan syair sebuah lagu:
Bukan salahmu
kasih bukan salahku jua
hanya perbedaan
jadi jurang pemisah…
Perceraian
memang dibperbolehkan, tetapi tidak disukai. Akan ada banyak kerugian dibalik
perceraian terutama bagi anak. Akan tetapi, tidak selamanya perceraian itu
hanya mendatangkan kerugian tanpa ada kemanfaatan. Dalam mengambil sebuah
keputusan tentunya didasarkan berbagai pertimbangan, terutaman pertimbangan
agama.
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan
antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S: Al
Baqoroh,122)
Permasalahan
dalam rumah tangga itu pasti ada. Baik masalah ekonomi, kesetiaan, hingga
hal-hal kecil yang tidak cocok sekalipun. Sebuah pepatah mengatakan, “rumah
tangga tanpa masalah bagai sayur tanpa garam”. Permasalahan itu untuk
diselesaikan dengan baik, bukan untuk ditinggalkan begitu saja. Sudah jutaan
kasus perceraian yang ada di negara kita baik pasangan muda atau tua. Hal yang
perlu ditekankan adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi maslah termasuk mindset kita. Ibuku(Tarsini) dalam
nasihat beliau mengatakan bahwa dalam hidup pasti ada masalah dan itulah salah
satu ujian yang dihadapi. Kalau kita bisa melewati dengan sabar dan tawakkal
insyaAllah kita LULUS. Namun, jika justeru menanggapinya dengan amarah, putus
asa itu artinya kita tidak lulus alias TIDAK NAIK TINGKAT. Seseorang juga
pernah mengatakan demikian yang dengan ujian itu maka kita tahu sebatas mana
KAPASITAS kita.
Dua
orang yang sedang mengalami masalah biasanya memiliki emosi labil, kecuali
orang hebat yang bisa tetap stabil(tenang). Sangat diharapkan jika mereka
berdua mampu menyelesaikan masalah itu sendiri tanpa orang lain tahu dengan
tujuan agar masalah tidak melebar kemana-mana yang nantinya bisa menjadi
fitnah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri kalau manusia memiliki batas
kemampuan sehingga bisa saja mereka tidak dapat menyelesaikannya sendiri. Hal
yang cukup ampuh untuk menghindari permasalahan yang lebih besar yaitu dengan
meminta bantuan perantara seperti dalam ayat di atas yaitu satu dari keluarga
laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Kalau sepakbola punya
wasit, penyelesaian masalah keluarga pun memiliki perantara(hakim) yang
tentunya tak kalah bijak, adil dari seorang wasit sepakbola.
Nah,
kalaupun pada akhirnya didapatkan keputusan bercerai
dan itu adalah keputusan terbaik, ya harus bagaimana lagi? Kita harus bisa
menerimanya dengan lapang. Masih ingatkah kisah Ana Al ‘Athofunnisa pada flm
KCB yang pada akhirnya bercerai dengan Furqon? Pada akhirnya, setelah
perceraian itu Ana justeru menemukan kebahagiaan yang sejak dulu ia nantikan.
Ya, itulah kehidupan dan Allah selalu lebih tahu tentang kita daripada kita
sendiri.
Semoga
tulisan ini bermanfa’at untuk kita semua. Amiiin..
-------------------------------------------------
Inspirasi:
11.
Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah
menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
22.
Lagu berjudul
”Mengapa harus berpisah”, oleh: Nike Ardila
No comments:
Post a Comment