Wednesday, August 10, 2011

OPTIMALISASI

-----------------------------------------------------
.............................................................................................
***********************************************
ya, kata optimalisasi sudah tak asing lagi bagi engineer. Bukan hanya enginer, tetapi semua orang. Kalau orang Ekonomi punya prinsip:"Modal sekecil mungkin, untung sebesar mungkin"
Engineer pun punya prinsip:"mencari kondisi seoptimal mungkin untuk menghasilkan produk sebanyak-banyaknya dengan cost seminimal mungkin"

Huh......tiap orang memang punya karakteristik tersendiri, tiap bidang pastinya punya spesifikasi tersendiri. Tapi, ada 1 hal yang mengikat mereka sehingga mereka mau tidak mau harus mengikuti aturan mainnya. Apakah itu??
yaitu hakikat mereka sebagai manusia,makhluk ciptaan Tuhan,makhluk individu, makhluk sosial dan masih banyak lagi konsep yang menjelaskan hakikat manusia yang mungkin bisa dipelajari di berbagai disiplin ilmu:ilmu psikologi,ilmu sosiologi, dsb. Dan kata pepatah: "Experience is the best Teacher".

Sudahlah....sepertinya dari tadi membahas hal-hal yang konseptual yang sebenarnya tidakterlalu saya mengerti. Sebenarnya, saya mau cerita tentang optimalisasi.

----------------------------------------------------
"Suhu optimumnyaberapa untuk produksi 1000 ton methanol? "
"Suhu apanya Pak?,kan ada banyak alat"
"Suhu reaktor lah...."
"Kalau suhu reaktor, kami tentukan 80 C Pak"
"Dengan suhu reaktor 80 C dan kondisi operasi unit lain seperti yang sudah ditentukan, apa Saudara yakin pabrik Saudara tidak rugi? "
"Em...belum kami perhitungkan Pak.Yang kami hitung hanyalah optimasi suhu dan konversi produk saja"
"Saudara mau membuat pabrik,tapi tidak dilakukan optimasi??gimana...kalau rugi Saudara tenang-tenang saja?begitu?waduh....."
"Baik Bapak, sebelumnya kami mohon maaf karena progres kami masih belum sampai optimasi ekonomi.Terima kasih atas saran Bapa,insyaAllah nanti kami lengkapi dulu design pabrik kami"
"Ya. masukan saja:cari literatur mengenai optimasi baik dari buku,internet,atau langsung pada pakarnya. Progres selanjutnya saya harap sudah lengkap hingga optimasi keeluruhan mulai dari kondisi operasi,total cost,dan sebagainya. Sudah, gitu aja ya??"
"iya pak,terima kasih atas sarannya."

Nah, teman-teman..seru kan ceritanya?? Saya kira hal ini sudah tidak asing lagi bagi temen-temen Teknik Kimia. Hemm..berat apa dibuat berat sendiri?? Tidak tahu lah…hanya Anda yang tahu. Simak yang satu ini yuk………..!

“Naik apa? Tiket kereta dah mau habis lho…”

“iya ta?? Emm..nggak tahu nih,bingung aku”

“Opo’o kok bingung?? Santai rek…”(1)

“Lho, yak opo ga’ bingung. Naek kereta, sampai stasiun pasti tengah malam. Terus ke rumahku kapan? Pake apa?. Sakjane iso’ ae sih..tapi harga tikete iku lho..muaahhal poll! Mau naik Bus, tiketnya sudah habis. Masa’ nggak pulang??. Ooo…tidak bisa!!!. Ini lho lebaran, saatnya kumpul bersama keluarga, saling memaafkan”

“Yak opo rek??? How???”

“Confuse mode on..^^” (gaya lebay)

“Gini aja, kalau kamu dapet murah ya pakai kereta ekonomi aja. Kan tiketnya nggak harus beli jauh-jauh hari..”

“Tapi ga enak, banyak asap rokok, penuh, nggak dapet tempat duduk pula.. humm..-:-”

“Yo pasti lah.. segala sesuatu itu sebanding. Yang diterima sesuai dengan yang diberikan.seperti halnya hukum thermodinamika gitu. Kalau mau murah ya sempit, kotor, lama, de el el.”

“Pilih mana ya? Banyak hal yang harus dipertimbangan ni..”

“Yupz…. Ya udah, kamu putuskan sendiri pakai apa. Kalau aku Cuma bisa menyarankan aja.Keputusan tetep di tangan kamu. Kalau nggak mau pulang juga nggak apa, nemenin aku disini. Oke??”

“waduuuuh…”

Hay guys, optimasi itu selalu ada. Ibu-ibu rumah tangga pun melakukan optimasi saat menyusun menu makan atau saat belanja. Pedagang pun sudah pasti melakukan optimasi. Kalau tidak, pastilah akan rugi dan akhirnya tidak menjadi pedagang lagi. Dengan kata lain, pedagang tak akan ada tanpa optimasi. Apa lagi ya contohnya?? Aku kira temen-temen bisa cari sendiri lah…

Nah,teman-teman..aku mau tanya ni. Kalau optimasi ada pada penentuan ukuran reaktor, dalam pembelian tiket, dalam rumah tangga dan perdagangan, apakah optimasi berlaku dalam keputusan yuridis? Ada tawar-menawar terhadap hukum yang berlaku? Ada lobbiying?

Ya..contohnya aja gini. Saat kita enak-enak naik motor, tiba-tiba terdengar bunyi peluit dan motor kita dihentikan oleh seorang bapak berbaju coklat muda, celana coklat tua dan rompi hijau. Kalian tahu kan maksud saya apa? Hal ini bisa menimpa siapa saja kok. Tua,muda,pria, wanita, orang kecil, pejabat atau bahkan polisi sendiri? Tapi rasanya mustahil kalau polisi kena ‘tilang’. Kalau polisi dipenjara masih banyak kasus. Tapi untuk kasus polisi ditilang, aku belum pernah denger tuh… Nah, saat kita ditilang, apakah hukum optimasi masih berlaku?

“Sidang tanggal 5 Juli,bisa nggak? Kalau nggak bisa, boleh nitip denda.”

Pikir yang ditilang:”titip? boleh ya?masa’ sih?

“Sidangnya nggak bisa dimajukan, Pak? Saya mau ke luar kota tanggal 5 Juli. Mana bisa ikut sidang? ”

“Ya nggak bisa lah. Sekarang pilih denda apa pengadilan?”

Kawan, kalau kalian jadi orang yang ditilang gimana? Apa masih mempertimbangkan sidang atau denda? Ini mungkin tak semudah milih pakai Bus atau kereta karena sudah berkaitan dengan hukum. Dilihat dari kasus tilang saja, idealnya melalui persidangan. Tidak ada alasan untuk tidak sidang karena itulah prosedur sebenarnya. Apalagi yang namanya mahasiswa, umumnya idealis. Nah, di sisi lain, tanggal 5 Juli anda juga ada sidang ujian skripsi di luar kota, yakni di tempat Anda kuliah. Kalau memilih sidang tilang, jelas Anda mengorbankan sidang ujian skripsi. Kalau memilih sidang skripsi, ya hilanglah sudah idealisme itu. Kawan, gimana komentar kalian? Kalau kalian pada posisi itu, harus bagaimana? Kenapa??...................

-------------------------------------------------------------------------

Gimana, udah dapat jawabannya?

Emm…satu kasus lagi nih!!!

Saat difadapkan pada pilihan antara uang dan waktu.

# di pagi yang petang, alarm itu berbunyi. Telinga ini mendengar tapi pesan dari telinga tak tersampaikan dalam mimpi. Seolah-olah aku telah ada di dunia nyata. Packing, check tiket pesawat, telpon taksi, kaluar kamar dan tiba-tiba “BRUGGGH!!!” Aku terjatuh dari dipan.

Kubuka mataku dan tepat di hadapanku terlihat gerakan jarum berputar pelan. Mataku semakin terbelalak “05.09”. Oh my God……Oh No!!!!. Mataku semakin tajam melihat jarum jam. Ku usap dengan jariku, angka itu berubah menjadi 05.10

Energi dalam begitu kencang mendorongku. Seketika pula aku berdiri dan ternyata kuterjatuh lagi karena selimutku mengendat kakiku. Tanpa pikir panjang ku serbu kamar mandi. Cuci muka…

“Kring…kring…” handphone hitam legamku berdering. Pasti itu dari Nike, partner kerjaku. Wah….pasti aku ditunggu di Bandara. Haduh….gimana ni??

“Hallo?? Iya Nik, ada apa?”

“Iya..iya aku segera berangkat. 25 menit lagi. OK??”

Handphone ku lemar di kasur. Tanganku kini beralih ke baju kemeja hijau muda yang aku siapkan tadi malam. Untung aja udah packing. Sssttttt….!!

Bajuku sudah rapi ala kadarnya. Opssss………jam digitalku menunjukkan waktu 05.12. ya Allah…aku belum sholat!! Gimana? Aku punya waktu 23 menit menuju Bandara Sukarno-Hatta. Astaghfirullah…nanti kehilangan tiket sama dengan kehilanagn 5 juta. Kehilangan ksempatan kerja di Melbourne. Hah……………..waktuku terbuang 50 detik untuk memikirkannya.

Bisikan itu muncul “Siapa yang memberikan kemudahan selama ini? Siapa yang memberikan kesempatan ke luar negeri pertama kali ini? Siapa yang menjadikan kamu sehat? Hingga bisa berjalan dan melakukan perjalanan nanti? Allah, bukan?? kamu menomorduakanNya setelah pesawat??? What??? Mana balas budimu? Bukannya sholat itu kebutuhanmu? Kewajibanmu? Memang Allah tidak akan pernah rugi jikakamu tidak sholat. Justru kamu yang jauh lebih merugi. Tepatnya Celaka! Hancur! Ayo, sholat dulu!!!

Bisikan telinga kiri tak mau kalah. “tapi, ini masalahnya keburu waktu. Allah kan Maha Penyayang, Maha Pemurah dan Maha Pengampun. Jadi nggak apa nanti aja sholatnya diganti sekalian dzuhur

Lagi-lagi telinga kanan berbisik lembut: “Astaghfirullah….sholat subuh tak bisa dijamak sayang…. Kamu tahu itu kan? SHOLAT SUBUH TAK BISA DIJAMAK!!!

-------------------------------------------------------------------------

Nah, kawan. Gimana untuk kasus ini? Apakah optimasi masih berlaku dengan tawar-menawar? Masih mau nego dengan Allah? Aku rasa TIDAK, Kawan! Allah lah yang memberikan kenikmatan pada kita, kata 1000 beruntung pun tak cukup untuk mewakili kondisi kita masih bernafas, berakal dan apalagi kalau masih sehat.

“Maka, Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?”: Q.S Ar-Rahman

Optimasi memang perlu,bahkan harus dilakukan karena kita menjadi yang terbaik dalam penilaian Allah. So…lakukan yang terbaik dari kemampuan maksimalmu sesuai dengan perintahNya dan tujukan itu hanya untuk mendapatkan Ridho Allah. Amin….


No comments:

Post a Comment