Saturday, October 15, 2011

--- PESANTREN LABORATORY ---

          Pengertian Pesantren Laboratory
   Pesantren Laboratory merupakan sebuah media yang digunakan untuk mengaplikasikan integrasi ilmu agama yang dipelajari di pesantren. Integrasi ilmu agama yang dimaksud dalam hal ini adalah perpaduan ilmu yang berasal dari AlQur’an(Qouliyah) dan ilmu yang dipelajari dari alam(Kauniyah).
    Pesantren Laboratory ini bukan laboratorium seperti pada umunya yang berbentuk sebuah ruangan yang dilengkapi peralatan dan peraturan yang ada. Akan tetapi, Pesantren Laboratory merupakan kesatuan dari berbagai laboratorium yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda.  Disiplin ilmu yang yang pada hakikatnya adalah satu, yaitu ayat-ayat ALLAH, baik ayat qouliyah maupun kauniyah. Di dalam pesantren modern ada tiga kategori  ilmu yang diajarkan yaitu ilmu lisaniyah, ilmu naqliyah dan ilmu aqliyah.
   Berdasarkan ketiga kategori ilmu tersebut, maka Pesantren Laboratory ini disusun untuk mengaplikasikan ilmu tersebut dengan rangkaian sebagai berikut:

a.       Laboratorium Lisaniyah
Di dalam laboratorium ini, ada dua pokok ilmu yang mendasari pembelajaran di dalamnya yaitu ilmu alat yang terdiri dari ilmu nahwu-shorof, serta ilmu lughowi atau bahasa percakapan baik bahasa jawa, bahasa Indonesia, bahasa inggris dan bahasa arab. Ilmu nahwu -shorof merupakan pokok dari ilmu-ilmu yang lain. Ilmu ini mengajarkan tentang tata bahasa arab, khusunya untuk memahami makna tulisan.
Dalam  Q.S Al-‘Alaq Allah telah berfirman:


Yang artinya: “Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang maha Pencipta”
Ayat tersebut adalah ayat Al Qur’an yang turun pertama kali. Membaca adalah suatu kewajiban bagi muslim. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan melainkan memahami makna yang dibaca, begitu juga membaca Al-Qur’an. Ilmu nahwu-shorof aadalah salah satu kunci untuk memahami ayat Al-Qur’an. Ilmu nahwu-shorof dipraktikkan melalui pengajian tafsir secara mandiri oleh santri yang tentunya tak luput dari pengontrolan ustadz. Hal ini bertujuan agar santri benar-benar dapat menggunakan Ilmu nahwu-shorof untuk memaknai tulisan arab, khusunya Al-Qur’an.
Pada pesantren modern, ilmu lughowi yang dipelajari tidak hanya bahasa arab tetapi juga bahasa inggris. Laboratorium Lisaniyah bertujuan agar santri fasih dalam berkomunikasi karena komunikasi sangat penting dalam menyampaikan dakwah. Terkadang, jika seseorang tidak paham terhadap suat bahasa, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman bagi lawan bicara dan hal itu berbahaya. Suatu syair mengatakan “Lidah lebih tajam daripada pedang”. Hal itulah yang mendasari pentingnya laboratorium lisaniyah.    
b.      Laboratorium Naqliyah
Laboratorium naqliyah merupakan laboratorium yang didasari oleh ilmu tafsir dan hadist. Laboratorium ini merupakan kelanjutan dari laboratorium lisaniyah.  Pada laboratorium ini, santri dituntut agar dapat menyampaikan ilmu tafsir dan hadist kepada masyarakat setelah menguasai ilmu alat dan komunikasi. Dengan demikian tentunya santri akan mengkaji lebih mendalam mengenai ilmu tafsir dan hadist.
 Selain itu, para santri diberi wadah sebuah forum ilmiah yang berisi musyawarah seputar keislaman bersama seluruh santri dan juga merupakan sebuah forum untuk mengkaji Al-Qur’an lebih dalam. Menganalisis fenomena alam dengan menggunakan dasar Al-Qur’an untuk menjelaskannya. Laboratorium ini tidak lepas dari laboratorium ‘aqliyah karena pada dasarnya ilmu naqliyah tidak akan terpakai jika tidak mempelajari alam dan sekitar dan ilmu ‘aqliyah akan tidak terarah tanpa panduan ilmu naqliyah. Terbukti bahwa ilmuan barat berhasil membuktikan kebenaran Al-Qur’an dengan sains. Contohnya saja  penjelasan teori relativitas Einstein, teori Big Bang,dll. Dengan adanya forum ini diharapkan para santri dapat menggunakan ilmu tafsir dan hadist untuk belajar dari alam. Namun, tentunya mereka tidak lepas dari kontrol para kyainya.
c.       Laboratorium ‘Aqliyah
Ilmu ‘aqliyah adalah dasar dari laboratorium ini. Ilmu yang bersumber dari asas pemikiran dan penelitian manusia atau biasa disebut dengan ilmu sains. Namun, lebih tekankan ilmu terapan.
Menurut Hodson (1996: 115; 1992: 65), di dalam belajar sains, terdapat tiga aspek yang harus tercakup dalam pendidikan sains, yaitu:
1.  Belajar  sains  (learning  science),  menyangkut  pemerolehan  konsep-konsep ilmiah sehingga menjadi akrab dengan teori ilmiah.
2.  Belajar  tentang  sains  (learning  about  science),  pemahaman  tentang  hakekat sains dan praktik  ilmiah dengan apresiasi  terhadap hubungan yang kompleks antara sains, teknologi, dan masyarakat.
3.  Mengerjakan  sains  (doing  science),  meliputi  pemerolehan  pengetahuan  dan keterampilan  yang  diperlukan  agar  mampu menggunakan  keahlian  tersebut  untuk  melakukan  fungsi  yang  sebenarnya melalui arahan secara langsung dibawah bimbingan guru/ahli. 
Berdasarkan  hal  yang  dikemukakan  Hodson  jelas  bahwa  praktik  ilmiah akan menjadi modal dasar untuk mampu melakukan penelitian  sebenarnya di  laboratorium dan di  lapangan kelak di kemudian hari. Oleh karena itu selama proses pembelajaran, keterampilan proses  sains  perlu  dilatihkan  melalui  laboratorium.
 Seorang guru biologi harus mampu melakukan penelitian di  laboratorium dan di lapangan  secara  cermat,  dan  teliti.  Kecermatan  dan  ketelitian  tidaklah  akan didapatkan  tanpa  latihan yang  tepat dan  terarah  selama pendidikannya. Kegiatan praktikum  merupakan  suatu  sarana  yang  dapat  digunakan  untuk  melatih  siswa dalam melakukan keterampilan kerja laboratorium.
Dalam laboratorium ini, santri diberi fasilitas untuk mempelajari ilmu alam lebih mendalam melalui serangkaian praktikum dan diharapkan dapat membuat sebuah karya atau temuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Berikut adalah beberapa cabang laboratorium:
1.      Laboratorium fisika terapan
2.      Laboratorium kimia terapan
3.      Laboratorium biologi terapan
d.      Laboratorium Fi’liyah
Laboratorium ini merupakan bagian finishing dari Pesantren Laboratory. Dalam laboratorium ini santri diberikan fasilitas untuk mengaplikasikan integrasi ilmu yang telah didapatkannya. Laboratorium lebih cenderung pada keprofesian. System yang ada dalam laboratorium ini adalah system magang di unit usaha pesantren.
Dengan adanya laboratorium fi’liyah ini para santri mendapatkan bekal usaha sehingga frame bahwa santri hanya bisa kerja ‘mengajar ngaji’ dapat berkurang. Adapun jenis usaha yang diselenggarakan di Pesantren disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar. Misalnya pesantren yang terletak di pegunungan dapat menyelenggarakan laboratorium perkebunan dan pertanian. Di daerah pantai dapat menyelenggarakan laboratorium perikanan, dsb.
                     Kelengkapan Pesantren Laboratory
1.      Gedung/ tempat
Ada enam buah gedung, satu buah lahan tanaman dan satu atau lebih lahan usaha yang dibutuhkan dalam Pesantren Laboratory. Enam buah gedung tersebut adalah:
1). Kantor pusat Pesantren Laboratory
2). Gedung Laboratorium lisaniyah/ bahasa
3). Gedung Laboratorium Fisika terapan
4). Gedung Laboratorium Kimia terapan
5). Gedung Laboratorium Biologi terapan
6). Gedung Laboratorium Naqliyah
Bentuk lahan usaha dapat berupa:
1). Lahan Pertanian
2). Lahan Perikanan
3). Minimarket
dan sebagainya.
2.      Peralatan Laboratorium
Peralatan yang dibutuhkan dalam Pesantren Laboratory ini adalah:
1). Perlengkapan administrasi
2). Peralatan kebersihan
3). Kursi, meja, papan tulis, layar, LCD
4). Buku/ literature
5). Peralatan lab bahasa
6). Peralatan fisika, kimia, biologi
3.      SOP manajemen laboratorium
SOP manajemen laboratorium meliputi:
-           Pengadaan sarana dan prasarana laboratorium
-          Optimalisasi penggunaan sarana dan prasaran laboratorium
-           Sistem Dokumentasi  pemakaian alat: sumber dana, peruntukan
penggunaan, administrasi,
-           Pemeliharaan alat dan dokumen terkait
-          Sistem Pengelolaan Data (kerahasiaan, approval, pencatatan, log book
pelaksananaan kegiatan)
-           Sistem keamanan laboratorium (data, peralatan, pencatatan sampel)
4.      Struktur organisasi
                                Pesantren Laboratory  dipimpin oleh seorang Kepala Pesantren Laboratory dan  dibantu oleh empat koordinator Lab. Setiap koordinator Lab membawahi seorang ahli dan seorang laboran dan beberapa pembimbing laboratorium. Khusus untuk Lab. fi’liyah, struktur organisasi ditentukan oleh tim usahawan. Santri hanya bersifat magang.
   
5.   Tugas dan Wewenang Pengurus Pesantren Laboratory
Tugas dan wewenang pengurus Pesantren Laboratory ditentukan dalam musyawarah bersama dan kebijakan forum musyawarah ditentukan oleh pengasuh pesantren. Berikut adalah panduan deskripsi tugas pengurus Pesantren Laboratory.
Tabel 1. Deskripsi tugas pengurus Pesantren Laboratory
No
Jabatan
Deskripsi Tugas
1
Pengasuh pesantren
·         Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pesantren
·         Mengarahkan keseluruhan program-program laboratorium agar sesuai dengan tujuan Pesantren Laboratory
·         Mengkoordinasikan kegiatan laboratorium melalui Kepala Pesantren Laboratory
2
Sekretaris pesantren
·         Membantu pengasuh pesantren dalam mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan laboratorium
·         Memonitoring dan mendokumentasikan program-program laboratorium ke dalam arsip/dokumen pesantren
3
Kepala Laboratorium
·         Bertanggungjawab kepada pengasuh pesantren tentang keseluruhan program laboratorium
·         Mengkoordinasikan seluruh koordinator laboratorium  dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium
·         Bersama pimpinan pesanren  melakukan penjajagan kerjasama dengan pihak luar dalam mengaktualisasikan program-program laboratorium
4
koordinator laboratorium  
·         Merancang program-program laboratorium sesuai dengan bidangnya masing-masing
·         Melaksanakan rancangan program laboratorium sesuai dengan bidangnya
·         Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberlanjutan program-program laboratorium sesuai bidangnya kepada Kepala Laboratorium
5
Laboran
·         Membantu Ketua Lab dalam operasional kegiatan laboratorium
·         Entri data base laboratorium sesuai dengan jenis, dan kondisinya
·         Memberikan layanan penggunaan fasilitas laboratorium kepada civitas akademika, dan mencatatnya secara sistematis dan berkelanjutan
·         Melaporkan perkembangan dan kondisi sarana dan prasarana laboratorium kepada kepala Pesantren Laboratory
     
6.   Pihak kerjasama
Suatu pesantren tidak akan dapat berkembang dengan baik tanpa adanya pihak kerjasama. Dengan adanya kerjasama dengan pihak lain maka program-program pesantren laboratory  akan berjalan lebih baik. Adapun pihak-pihak yang akan diajak kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing laboratorium

Luaran yang diharapkan dari Pesantren Laboratory
1.      Santri menguasai materi pembelajaran
2.      Santri dapat menerapkan materi pembelajaran setiap fokus materi. Misalnya menerapkan ilmu nahwu-shorof dalam memahami makna tulisan berbahasa arab
3.      Santri dapat menerapkan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu, tidak memiliki paham sekulerisme   

2 comments:

  1. Bagus ulasannya. Mudah2an bisa diterapkan. :)

    ReplyDelete
  2. amin....
    thanks for your comment..
    butuh effort yang tak sebentar...

    mau bantu?? hehe

    ReplyDelete