Pernahkah Anda mendengar kata "Rigor mostis?". Beberapa sumber menyatakan bahwa Rigor mortis atau lebih dikenal kaku mayat adalah salah satu tanda fisik kematian, dimana kekakuan terjadi secara
bertahap hingga 24 jam
setelah pasca kematian. Rigor Mortis terjadi akibat hilangnya ATP
dari otot-otot tubuh manusia. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan
aktin dan myosin pada otot sehingga otot dapat berelaksasi, dan hanya
akan beregenerasi bila proses metabolisme terjadi, sehingga bila
seseorang mengalami kematian, proses metabolismenya akan berhenti dan
suplai ATP tidak agan terbentuk, sehingga tubuh perlahan-lahan akan
menjadi kaku seiring menipisnya jumlah ATP pada otot.
Adapun kronologi Rigor mortisa dapat dijabarkan sebagai berikut:
> Saat kematian terjadi, ikatan antara aktin dan myosin di otot manusia akan menetap menggumpal
> Terjadilah kekakuan jenazah dimulai dengan kelopak mata, leher, dan rahang. Urutan ini mungkin karena perbedaan kadar asam laktat di antara otot-otot yang berbeda, yang sesuai dengan perbedaan dalam tingkat glikogen dan berbagai jenis serat otot.
> Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem
(setelah kematian)
> Ciri fisik akan semakin dapat teridentifikasi
hingga mencapai titik maksimal pada 12 jam postmortem
> Setelah itu, ciri ini akan berangsur-angsur menghilang sama seperti
dengan kemunculannya
> Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam
postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi
Tak hanya pada manusia, rigor mortis juga terjadi pada hewan sembelihan. Pada ternak yang mengalami kecapaian/kelelahan atau stress dan kurang
istirahat menjelang disembelih akan mengjhasilkan persediaan ATP yang
kurang sehingga proses rigor mortis akan berlangsung cepat. Demikian
pula suhu yang tinggi pada saat ternak disembelih akan mempercepat
habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim ATPase sehingga rogor mortis
akan berlangsung cepat. Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan pH
daging masih tinggi (diatas pH akhir daging yang normal) pada saat
terbentuknya rigor mortis. Jika pH >5.5 – 5.8 pada saat rigor mortis
terbentuk dengan waktu yang cepat dari keadaan normal maka kualitas
daging yang akan dihasilkan menjadi rendah (warna merah gelap, kering
dan strukturnya merapat) dan tidak bertahan lama dalam penyimpanan
sekalipun pada suhu dingin.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk medapatkan kualitas optimum pasca penyembelihan dan fase rigor mortis ini merupakan faktor penting didalamnya.
Wahai kawan, jika para ilmuan telah melakukan beberapa penelitian untuk mendapatkan kualitas daging terbaik... tidakkah kita berupaya semaksimal mungkin agar kelak bisa mendapatkan "khusnul khotimah?". Kembali kepada Allah(setelah meninggal dunia, tentunya) dalam keadaan sebaik-baiknya?
Mari senantiasa berdzikir, mengingat Allah dan juga menjadikan "kematian" sebagai pelajaran hidup kita di dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat pada kita semua, menerima kita di sebaik-baiknya tempat-Nya.Amiiin
#semoga bermanfa'at
No comments:
Post a Comment