Setiap insan pasti dilahirkan dengan penuh rasa CINTA. Bagaimana
tidak, bukankah karunia Allah atas nafas yang diberikan-Nya merupakan
bukti CINTA-Nya kepada para hamba? Belum lagi segala kenyamanan,
kemewahan dan segala yang tersedia dari dalam rahim hingga lahir ke
bumi dan sampai kembali kepada-Nya. Sebagai satu bagian terkecil dari
rasa CINTA untuk si kecil yaitu manakala sang Ibu menangis terharu
saat melihat putra/putrinya terlahir dengan selamat. Tak jarang,
calon Ibu lebih memilih keselamatan buah hatinya saat yang dihadapkan
pada dua pilihan antara anak/ibu yang dimungkinkan selamat karena
suatu penyakit/hambatan saat melahirkan. Itulah CINTA, cinta yang
Allah berikan pada si mungil melalui perantara sang Ibu. Jikala pun
CINTA diuraikan, tak akan ada habisnya hingga penulis kehabisan
nafasnya untuk menulis. Singkat kata, Sejuta CINTA.
“Aaa.... aem. Pinter. Satu sendok lagi(sang ibu memerankan pilot
yang melajukan pesawat sendok berpenumpang nasi menuju mulut si
kecil).... aem”
Masih ingatkah dinda dengan adegan ini? Adegan tanpa rekayasa, tanpa
paksaan, tanpa keraguan. CINTA Ibu.
“Sholatullah... salamullah... 'alaa toohaa rosulillah...”,
perlahan sang Ayah melantunkan sholawat untuk si kecil sambil
mengayunkan pelan gendongannya. Bahkan, sosok keras, tegas pun
ternyata sangat lembut saat menina-bobokan si kecil. CINTA Ayah.
Andai seribu bahasa kupakai untuk mengungkapkan rasa hormat dan
terima kasihku, maka itu tak sebanding dengan apa yang mereka
berikan, yang mereka korbankan untuk si mungil ini. Sekian juta
bahasa verbal, bahasa tubuh hingga bahasa kalbu pun tak cukup. Namun,
dengan sebanyak dan serumit apapun bahasa kasih sayang yang si mungil
sampaikan; tetaplah mereka mengerti apa maksud si mungil. Karena
mereka selalu mengerti si mungil dengan baik. Lagi-lagi, sejuta
CINTA.
“Allahummaghfirlii wa li walidayya warhamhumaa kama robbayaani
shoghiiron” , doa si kecil untuk kedua orang tua. Inilah
yang diajarkan keduanya untuk mencintai mereka karena-Nya.
“Eh.... kamu jangan nakal.. nggak boleh. Kata Ibu, sesama
teman itu nggak boleh nakal.”, kata si mungil pada teman yang suka
jail padanya.
“Assalamu'alaykum...”
“Wa'alaykumsalam... Eh.. Pak Budi, silahkan masuk Pak. Sebentar
saya panggilkan Bapak”, kata sang Ibu pada tamu. Sang Ayah pun
datang bersama si mungil.
“Apa kabar Pak Budi, sehat”, sambut sang ayah sambil berjabat
tangan.
Si mungil dengan muka cemberut menggerutu, “Bapak.. siapa orang
itu?”
“Eh... anak manis, kalau ada tamu harus senyum... ayo salim sama
Om”, ajak sang Ayah pada si mungil untuk bersalaman dengan
Pak Budi.
CINTA itu tak hanya seputar Ayah, Ibu dan si mungil. Melainkan
keduanya mengajarkan bagaimana si mungil mencintai-Nya, menyayangi
dan menghormati sesama.
“Ibu... Anis(si mungil) bingung..”, si mungil yang telah dewasa
sedang curhat pada sang Ibu.
“Ada seseorang yang spesial di hati Anis... bla bla bla”
“Nak, sayangilah orang yang tulus mencintamu, bukan orang
yang kamu idamkan namun ia tak sayang padamu....
bla
bla bla”
“Ibu, sungguh kasih Ibu pada Bapak, kasih Bapak pada Ibu dan kassih
kalian pada kami adalah harta dan ilmu paling berharga untuk Anis(si mungil) kelak. Terima
kasih, Ibu”
- Sejuta CINTA sepanjang masa -
mantap !!! pokoe birulwalidain lahh..wajib,,!!
ReplyDeletesiiip ^^
ReplyDelete#edisi kangen mereka nih.. huhu
hanya bisa mendoakan dr jauh
Waah cantiknya iis pas diwisuda.. sayang aq ga bisa liat langsung... ^^
ReplyDeletehehe... ini bukan pas wisuda kq mbk. tapi 4bln setelahnya.. kmrn pas pulang pake toga yg dirumah n pakai baju seadanya itu mbk. ^_^
ReplyDelete