Friday, April 5, 2013

Sejuta CINTA




Setiap insan pasti dilahirkan dengan penuh rasa CINTA. Bagaimana tidak, bukankah karunia Allah atas nafas yang diberikan-Nya merupakan bukti CINTA-Nya kepada para hamba? Belum lagi segala kenyamanan, kemewahan dan segala yang tersedia dari dalam rahim hingga lahir ke bumi dan sampai kembali kepada-Nya. Sebagai satu bagian terkecil dari rasa CINTA untuk si kecil yaitu manakala sang Ibu menangis terharu saat melihat putra/putrinya terlahir dengan selamat. Tak jarang, calon Ibu lebih memilih keselamatan buah hatinya saat yang dihadapkan pada dua pilihan antara anak/ibu yang dimungkinkan selamat karena suatu penyakit/hambatan saat melahirkan. Itulah CINTA, cinta yang Allah berikan pada si mungil melalui perantara sang Ibu. Jikala pun CINTA diuraikan, tak akan ada habisnya hingga penulis kehabisan nafasnya untuk menulis. Singkat kata, Sejuta CINTA.

“Aaa.... aem. Pinter. Satu sendok lagi(sang ibu memerankan pilot yang melajukan pesawat sendok berpenumpang nasi menuju mulut si kecil).... aem”
Masih ingatkah dinda dengan adegan ini? Adegan tanpa rekayasa, tanpa paksaan, tanpa keraguan. CINTA Ibu.

Sholatullah... salamullah... 'alaa toohaa rosulillah...”, perlahan sang Ayah melantunkan sholawat untuk si kecil sambil mengayunkan pelan gendongannya. Bahkan, sosok keras, tegas pun ternyata sangat lembut saat menina-bobokan si kecil. CINTA Ayah.

Andai seribu bahasa kupakai untuk mengungkapkan rasa hormat dan terima kasihku, maka itu tak sebanding dengan apa yang mereka berikan, yang mereka korbankan untuk si mungil ini. Sekian juta bahasa verbal, bahasa tubuh hingga bahasa kalbu pun tak cukup. Namun, dengan sebanyak dan serumit apapun bahasa kasih sayang yang si mungil sampaikan; tetaplah mereka mengerti apa maksud si mungil. Karena mereka selalu mengerti si mungil dengan baik. Lagi-lagi, sejuta CINTA.

Allahummaghfirlii wa li walidayya warhamhumaa kama robbayaani shoghiiron , doa si kecil untuk kedua orang tua. Inilah yang diajarkan keduanya untuk mencintai mereka karena-Nya.

“Eh.... kamu jangan nakal.. nggak boleh. Kata Ibu, sesama teman itu nggak boleh nakal.”, kata si mungil pada teman yang suka jail padanya.

“Assalamu'alaykum...”
“Wa'alaykumsalam... Eh.. Pak Budi, silahkan masuk Pak. Sebentar saya panggilkan Bapak”, kata sang Ibu pada tamu. Sang Ayah pun datang bersama si mungil.
“Apa kabar Pak Budi, sehat”, sambut sang ayah sambil berjabat tangan.
Si mungil dengan muka cemberut menggerutu, “Bapak.. siapa orang itu?”
“Eh... anak manis, kalau ada tamu harus senyum... ayo salim sama Om”, ajak sang Ayah pada si mungil untuk bersalaman dengan Pak Budi.

CINTA itu tak hanya seputar Ayah, Ibu dan si mungil. Melainkan keduanya mengajarkan bagaimana si mungil mencintai-Nya, menyayangi dan menghormati sesama.

“Ibu... Anis(si mungil) bingung..”, si mungil yang telah dewasa sedang curhat pada sang Ibu.
“Ada seseorang yang spesial di hati Anis... bla bla bla
Nak, sayangilah orang yang tulus mencintamu, bukan orang yang kamu idamkan namun ia tak sayang padamu.... bla bla bla
“Ibu, sungguh kasih Ibu pada Bapak, kasih Bapak pada Ibu dan kassih kalian pada kami adalah harta dan ilmu paling berharga untuk Anis(si mungil) kelak. Terima kasih, Ibu”


- Sejuta CINTA sepanjang masa -

4 comments:

  1. mantap !!! pokoe birulwalidain lahh..wajib,,!!

    ReplyDelete
  2. siiip ^^
    #edisi kangen mereka nih.. huhu
    hanya bisa mendoakan dr jauh

    ReplyDelete
  3. Waah cantiknya iis pas diwisuda.. sayang aq ga bisa liat langsung... ^^

    ReplyDelete
  4. hehe... ini bukan pas wisuda kq mbk. tapi 4bln setelahnya.. kmrn pas pulang pake toga yg dirumah n pakai baju seadanya itu mbk. ^_^

    ReplyDelete