Saturday, October 15, 2011

--- PESANTREN LABORATORY ---

          Pengertian Pesantren Laboratory
   Pesantren Laboratory merupakan sebuah media yang digunakan untuk mengaplikasikan integrasi ilmu agama yang dipelajari di pesantren. Integrasi ilmu agama yang dimaksud dalam hal ini adalah perpaduan ilmu yang berasal dari AlQur’an(Qouliyah) dan ilmu yang dipelajari dari alam(Kauniyah).
    Pesantren Laboratory ini bukan laboratorium seperti pada umunya yang berbentuk sebuah ruangan yang dilengkapi peralatan dan peraturan yang ada. Akan tetapi, Pesantren Laboratory merupakan kesatuan dari berbagai laboratorium yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda.  Disiplin ilmu yang yang pada hakikatnya adalah satu, yaitu ayat-ayat ALLAH, baik ayat qouliyah maupun kauniyah. Di dalam pesantren modern ada tiga kategori  ilmu yang diajarkan yaitu ilmu lisaniyah, ilmu naqliyah dan ilmu aqliyah.
   Berdasarkan ketiga kategori ilmu tersebut, maka Pesantren Laboratory ini disusun untuk mengaplikasikan ilmu tersebut dengan rangkaian sebagai berikut:

a.       Laboratorium Lisaniyah
Di dalam laboratorium ini, ada dua pokok ilmu yang mendasari pembelajaran di dalamnya yaitu ilmu alat yang terdiri dari ilmu nahwu-shorof, serta ilmu lughowi atau bahasa percakapan baik bahasa jawa, bahasa Indonesia, bahasa inggris dan bahasa arab. Ilmu nahwu -shorof merupakan pokok dari ilmu-ilmu yang lain. Ilmu ini mengajarkan tentang tata bahasa arab, khusunya untuk memahami makna tulisan.
Dalam  Q.S Al-‘Alaq Allah telah berfirman:


Yang artinya: “Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang maha Pencipta”
Ayat tersebut adalah ayat Al Qur’an yang turun pertama kali. Membaca adalah suatu kewajiban bagi muslim. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan melainkan memahami makna yang dibaca, begitu juga membaca Al-Qur’an. Ilmu nahwu-shorof aadalah salah satu kunci untuk memahami ayat Al-Qur’an. Ilmu nahwu-shorof dipraktikkan melalui pengajian tafsir secara mandiri oleh santri yang tentunya tak luput dari pengontrolan ustadz. Hal ini bertujuan agar santri benar-benar dapat menggunakan Ilmu nahwu-shorof untuk memaknai tulisan arab, khusunya Al-Qur’an.
Pada pesantren modern, ilmu lughowi yang dipelajari tidak hanya bahasa arab tetapi juga bahasa inggris. Laboratorium Lisaniyah bertujuan agar santri fasih dalam berkomunikasi karena komunikasi sangat penting dalam menyampaikan dakwah. Terkadang, jika seseorang tidak paham terhadap suat bahasa, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman bagi lawan bicara dan hal itu berbahaya. Suatu syair mengatakan “Lidah lebih tajam daripada pedang”. Hal itulah yang mendasari pentingnya laboratorium lisaniyah.    
b.      Laboratorium Naqliyah
Laboratorium naqliyah merupakan laboratorium yang didasari oleh ilmu tafsir dan hadist. Laboratorium ini merupakan kelanjutan dari laboratorium lisaniyah.  Pada laboratorium ini, santri dituntut agar dapat menyampaikan ilmu tafsir dan hadist kepada masyarakat setelah menguasai ilmu alat dan komunikasi. Dengan demikian tentunya santri akan mengkaji lebih mendalam mengenai ilmu tafsir dan hadist.
 Selain itu, para santri diberi wadah sebuah forum ilmiah yang berisi musyawarah seputar keislaman bersama seluruh santri dan juga merupakan sebuah forum untuk mengkaji Al-Qur’an lebih dalam. Menganalisis fenomena alam dengan menggunakan dasar Al-Qur’an untuk menjelaskannya. Laboratorium ini tidak lepas dari laboratorium ‘aqliyah karena pada dasarnya ilmu naqliyah tidak akan terpakai jika tidak mempelajari alam dan sekitar dan ilmu ‘aqliyah akan tidak terarah tanpa panduan ilmu naqliyah. Terbukti bahwa ilmuan barat berhasil membuktikan kebenaran Al-Qur’an dengan sains. Contohnya saja  penjelasan teori relativitas Einstein, teori Big Bang,dll. Dengan adanya forum ini diharapkan para santri dapat menggunakan ilmu tafsir dan hadist untuk belajar dari alam. Namun, tentunya mereka tidak lepas dari kontrol para kyainya.
c.       Laboratorium ‘Aqliyah
Ilmu ‘aqliyah adalah dasar dari laboratorium ini. Ilmu yang bersumber dari asas pemikiran dan penelitian manusia atau biasa disebut dengan ilmu sains. Namun, lebih tekankan ilmu terapan.
Menurut Hodson (1996: 115; 1992: 65), di dalam belajar sains, terdapat tiga aspek yang harus tercakup dalam pendidikan sains, yaitu:
1.  Belajar  sains  (learning  science),  menyangkut  pemerolehan  konsep-konsep ilmiah sehingga menjadi akrab dengan teori ilmiah.
2.  Belajar  tentang  sains  (learning  about  science),  pemahaman  tentang  hakekat sains dan praktik  ilmiah dengan apresiasi  terhadap hubungan yang kompleks antara sains, teknologi, dan masyarakat.
3.  Mengerjakan  sains  (doing  science),  meliputi  pemerolehan  pengetahuan  dan keterampilan  yang  diperlukan  agar  mampu menggunakan  keahlian  tersebut  untuk  melakukan  fungsi  yang  sebenarnya melalui arahan secara langsung dibawah bimbingan guru/ahli. 
Berdasarkan  hal  yang  dikemukakan  Hodson  jelas  bahwa  praktik  ilmiah akan menjadi modal dasar untuk mampu melakukan penelitian  sebenarnya di  laboratorium dan di  lapangan kelak di kemudian hari. Oleh karena itu selama proses pembelajaran, keterampilan proses  sains  perlu  dilatihkan  melalui  laboratorium.
 Seorang guru biologi harus mampu melakukan penelitian di  laboratorium dan di lapangan  secara  cermat,  dan  teliti.  Kecermatan  dan  ketelitian  tidaklah  akan didapatkan  tanpa  latihan yang  tepat dan  terarah  selama pendidikannya. Kegiatan praktikum  merupakan  suatu  sarana  yang  dapat  digunakan  untuk  melatih  siswa dalam melakukan keterampilan kerja laboratorium.
Dalam laboratorium ini, santri diberi fasilitas untuk mempelajari ilmu alam lebih mendalam melalui serangkaian praktikum dan diharapkan dapat membuat sebuah karya atau temuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Berikut adalah beberapa cabang laboratorium:
1.      Laboratorium fisika terapan
2.      Laboratorium kimia terapan
3.      Laboratorium biologi terapan
d.      Laboratorium Fi’liyah
Laboratorium ini merupakan bagian finishing dari Pesantren Laboratory. Dalam laboratorium ini santri diberikan fasilitas untuk mengaplikasikan integrasi ilmu yang telah didapatkannya. Laboratorium lebih cenderung pada keprofesian. System yang ada dalam laboratorium ini adalah system magang di unit usaha pesantren.
Dengan adanya laboratorium fi’liyah ini para santri mendapatkan bekal usaha sehingga frame bahwa santri hanya bisa kerja ‘mengajar ngaji’ dapat berkurang. Adapun jenis usaha yang diselenggarakan di Pesantren disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar. Misalnya pesantren yang terletak di pegunungan dapat menyelenggarakan laboratorium perkebunan dan pertanian. Di daerah pantai dapat menyelenggarakan laboratorium perikanan, dsb.
                     Kelengkapan Pesantren Laboratory
1.      Gedung/ tempat
Ada enam buah gedung, satu buah lahan tanaman dan satu atau lebih lahan usaha yang dibutuhkan dalam Pesantren Laboratory. Enam buah gedung tersebut adalah:
1). Kantor pusat Pesantren Laboratory
2). Gedung Laboratorium lisaniyah/ bahasa
3). Gedung Laboratorium Fisika terapan
4). Gedung Laboratorium Kimia terapan
5). Gedung Laboratorium Biologi terapan
6). Gedung Laboratorium Naqliyah
Bentuk lahan usaha dapat berupa:
1). Lahan Pertanian
2). Lahan Perikanan
3). Minimarket
dan sebagainya.
2.      Peralatan Laboratorium
Peralatan yang dibutuhkan dalam Pesantren Laboratory ini adalah:
1). Perlengkapan administrasi
2). Peralatan kebersihan
3). Kursi, meja, papan tulis, layar, LCD
4). Buku/ literature
5). Peralatan lab bahasa
6). Peralatan fisika, kimia, biologi
3.      SOP manajemen laboratorium
SOP manajemen laboratorium meliputi:
-           Pengadaan sarana dan prasarana laboratorium
-          Optimalisasi penggunaan sarana dan prasaran laboratorium
-           Sistem Dokumentasi  pemakaian alat: sumber dana, peruntukan
penggunaan, administrasi,
-           Pemeliharaan alat dan dokumen terkait
-          Sistem Pengelolaan Data (kerahasiaan, approval, pencatatan, log book
pelaksananaan kegiatan)
-           Sistem keamanan laboratorium (data, peralatan, pencatatan sampel)
4.      Struktur organisasi
                                Pesantren Laboratory  dipimpin oleh seorang Kepala Pesantren Laboratory dan  dibantu oleh empat koordinator Lab. Setiap koordinator Lab membawahi seorang ahli dan seorang laboran dan beberapa pembimbing laboratorium. Khusus untuk Lab. fi’liyah, struktur organisasi ditentukan oleh tim usahawan. Santri hanya bersifat magang.
   
5.   Tugas dan Wewenang Pengurus Pesantren Laboratory
Tugas dan wewenang pengurus Pesantren Laboratory ditentukan dalam musyawarah bersama dan kebijakan forum musyawarah ditentukan oleh pengasuh pesantren. Berikut adalah panduan deskripsi tugas pengurus Pesantren Laboratory.
Tabel 1. Deskripsi tugas pengurus Pesantren Laboratory
No
Jabatan
Deskripsi Tugas
1
Pengasuh pesantren
·         Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pesantren
·         Mengarahkan keseluruhan program-program laboratorium agar sesuai dengan tujuan Pesantren Laboratory
·         Mengkoordinasikan kegiatan laboratorium melalui Kepala Pesantren Laboratory
2
Sekretaris pesantren
·         Membantu pengasuh pesantren dalam mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan laboratorium
·         Memonitoring dan mendokumentasikan program-program laboratorium ke dalam arsip/dokumen pesantren
3
Kepala Laboratorium
·         Bertanggungjawab kepada pengasuh pesantren tentang keseluruhan program laboratorium
·         Mengkoordinasikan seluruh koordinator laboratorium  dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium
·         Bersama pimpinan pesanren  melakukan penjajagan kerjasama dengan pihak luar dalam mengaktualisasikan program-program laboratorium
4
koordinator laboratorium  
·         Merancang program-program laboratorium sesuai dengan bidangnya masing-masing
·         Melaksanakan rancangan program laboratorium sesuai dengan bidangnya
·         Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberlanjutan program-program laboratorium sesuai bidangnya kepada Kepala Laboratorium
5
Laboran
·         Membantu Ketua Lab dalam operasional kegiatan laboratorium
·         Entri data base laboratorium sesuai dengan jenis, dan kondisinya
·         Memberikan layanan penggunaan fasilitas laboratorium kepada civitas akademika, dan mencatatnya secara sistematis dan berkelanjutan
·         Melaporkan perkembangan dan kondisi sarana dan prasarana laboratorium kepada kepala Pesantren Laboratory
     
6.   Pihak kerjasama
Suatu pesantren tidak akan dapat berkembang dengan baik tanpa adanya pihak kerjasama. Dengan adanya kerjasama dengan pihak lain maka program-program pesantren laboratory  akan berjalan lebih baik. Adapun pihak-pihak yang akan diajak kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing laboratorium

Luaran yang diharapkan dari Pesantren Laboratory
1.      Santri menguasai materi pembelajaran
2.      Santri dapat menerapkan materi pembelajaran setiap fokus materi. Misalnya menerapkan ilmu nahwu-shorof dalam memahami makna tulisan berbahasa arab
3.      Santri dapat menerapkan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu, tidak memiliki paham sekulerisme   

ABSTRAK :: Trans-men: Konsep Transformasi Sampah Menjadi Bahan Baku Semen Berkualitas Tinggi sebagai Upaya Penanggulangan Bahaya Sampah di TPA Benowo-Surabaya


Pada tahun 2008, Surabaya tercatat sebagai penghasil sampah terbesar di Jawa Timur dengan jumlah sampah yang terkumpul 2896 ton per hari yang diakumulasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Tumpukan sampah tersebut  tersebut menyebabkan Benowo menjadi daerah yang kumuh dan rawan penyakit sehingga perlu dilakukan penanganan yang benar-benar efektif.
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menganalisis tentang upaya penanggulangan sampah yang telah dilakukan di TPA Benowo dan memberikan gambaran inovasi teknologi berupa pembuatan ekosemen yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai upaya penanggulangan sampah.
Penanggulangan yang telah dilakukan selama ini adalah pembuatan pupuk kompos dan daur ulang sampah. Pembuatan pupuk kompos kurang efektif karena hanya memanfaatkan sampah organik dan membutuhkan lahan yang luas, sedangkan daur ulang sampah hanya mengambil sampah yang masih bagus (tidak terlalu kotor) dan produknya memiliki kualitas yang lebih rendah bahkan berbahaya untuk dipakai.
Pembuatan ekosemen dapat memanfaatkan semua jenis sampah baik organik maupun anorganik dan menghasilan produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, pengguanaan sampah yang mengandung plastik dan logam sebagai campuran bahan baku dapat mengurangi kualitas semen yang dihasilkan. Hal ini dapat disiasati dengan memisahkan plastik dan logam dari sampah. Sampah yang sudah bebas plastik dan logam akan dibakar untuk menghasilkan abu insenerasi yang mengandung bahan dasar pembuat semen yaitu CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Dalam Pembuatan ekosemen ini dapat melibatkan kerjasama antara pemerintah, pabrik semen dan juga pemulung sampah. Keuntungan dari Pembuatan ekosemen ini adalah dapat mengurangi volume sampah secara efektif dan memberikan kemudahan bagi pabrik semen dalam produksinya dan menambah sumber pendapatan bagi pemulung sampah.

Wednesday, October 5, 2011

ASA KIRTA

Terik matahari begitu menyengat kulit. Fatamorgana menjadi pemandangan indah siang ini. Menuju tikungan di depan SMP Negeri 4 Petarukan tampak pula pemandangan yang khas. Hamparan padi menghiasi sepanjang tepi jalan untuk dikeringkan, yang kemudian biasanya disimpan di dalam lumbung padi masing-masing warga Desa Panjunan. Setiap orang yang lewat berhati-hati agar tidak menginjak gabah karena itu adlah sumber makan mereka sendiri. Derap langkah kaki bersepatu cats hitam semakin cepat, lari-lari kecil, bahkan sesekali melompat-lompot kecil. Pemilik kaki itu tampak senyum-senyum sendiri, bahkan sesekali bernyanyi-nyanyi. ‘Senangnya hatiku…(soundtrek iklan inzana)’. Langkah itu berhenti di depan pintu rumah papan berwarna putih. Dibukanya pintu rumah dan kaki itu kembali melangkah diiringi teriakan ‘Ibu, Kirta pulang…’. Dilihatnya ruangan depan berukuran 3x4 meter itu sekilas oleh Kirta. Namun, tak ada seorang pun di sana. Yang ada hanyalah satu set meja kursi tamu buatan ayah Kirta sendiri, jam dinding, tiga buah kaligrafi yang Kirta buat dalam waktu satu malam, saat dia masih duduk di bangku SD kelas enam.

Kirta kemudian mencari ibunya ke kamar satu-satunya di rumah itu. Suasana kamar hening, pintu dan jendela dalam keadaan terbuka. Tak ada pencahayaan kecuali cahaya matahari. Satu kursi kayu sederhana berwarna coklat tua berada di sebelah tempat tidur. Kurs itulah tempat makanan ibunya disediakan saat sakit. Di situ ada segelas air putih dan obat yang biasa diminum sang ibu. Kirta membuka tirai kamar tidur dan seketika itu, mata Kirta tiba-tiba menjadi sayu, badannya lemas dan lututnya terlipat menyentuh tanah. Ibunya tak sadarkan diri, terkapar di kasur dengan posisi kaki menyentuh tanah. Kirta langsung memeluk dan menggoyang-goyangkan badan ibunya. Kirta yang biasanya gesit dalam bertindak, kini ia bingung dan tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya terdiam memandang ibunya yang tak bergeming sama sekali. Namun, kejadian itu hanya berlangsung satu menit saja. Sang ibu akhirnya membuka mata dan dengan suara llirih mberkata ‘Kirta…’. Kirta pun kembali menampakkan senyuman manisnya. Kirta menaikkan kaki ibunya ke atas kasur, membenarkan posisi tidur ibunya dan memberikan segelas air putih. Pelan-pelan Kirta menanyakan kepada sang Ibu kenapa beliau bisa pingsan sembari memijit kaki ibunya. Sang ibu tak berani berkata. Pandangannya masih kosong, terukir wajah sedih yang sangat. Beliau hanya menunjukkan layar HP yang masih digenggamnya. Rupanya ‘sms’ itu lah yang membuat ibu Kirta pingsan.

Assalam…bu, ngpunten. Niki wonten kbar, bpk ktabrak truk teng perjlnan kondur n gbs trtolong lg. ngenjang jnazah diteraken mriku. Sing sbar nggeh bu…’

Membaca sms itu, Kirta mendadak lemes lagi. Dadanya berdetak kencang, tangnnya gemetar dan sontak HP jatuh dari tangannya. Segera ia mengambil HP itu dan juga dua benda yang sebenarnya akan dia tunjukkan kepada ibu dan ayahnya. Tapi sayang, saat ayahnya hendak pulang ke rumah, beliau mengalami kecelakaan. Dua benda itu adalah surat tagihan pembayaran SPP dan sertifikat juara 1 kompetisi karya ilmiah remaja. Ibunya berusaha duduk, bersandar pada dinding kamar dengan pengganjal bantal berwarna hijau muda dan meminta dua benda itu dari Kirta. Tangannya masih lemas hanya untuk meraih dua benda ringan itu. Diangkatnya dua benda itu dan dibaca pelan-pelan. ‘…Surat Tagihan…belum melunasi pembayaran SPP selama lima bulan…’ kemudian yang satu lagi tertera ‘…Kirta Anandiawan sebagai Juara 1 kompetisi karya ilmiah remaja 2009…’. Dua hal yang membuat dileme antara menangis dan tersenyum, ditambah lagi musibah yang baru tiba yaitu kepergian bapak Kirta. Perasaan keduanya menjadi tidak karuan. Keduanya kemudian saling berpelukan dan melepaskan tangis mereka. Setelah lama menangis, ibunya pertama kali melepas pelukannya, wajahnya berubah. Sekarang terukir kekuatan yang sangat besar, sebuah tekad kuat dan harapan. Ibunya mengatakan bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Ini bukanlah penderitaan yang berarti. Ini bukanlah penghalang untuk maju. Ini bukanlah suatu bahaya, tetapi ini adalah obor penyemangat, sebuah tantangan untuk menjadikan mereka mulia, sebuah harapan pada ereka untuk mampu bangkit dan segera menebarkan kebaikan pada orang lain. Ibunya sangat tegas menasihati Kirta, tanpa air mata. Ibunya bahkan bercerita tatkala sang ibu harus rela nyemplung di sawah dini hari saat orang-orang masih tertidur, mencari kayu bakar di bawah terik matahari, memetik sayuran di sore hari dan menyiapkan barang dagangan hingga malam hari, tetapi ibu bisa melaluit itu. Kirta semakin sedih dan menundukkan kepala. Ibunya melanjutkan certianya. Beliau mengatakan bahwa itu semua tak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitan kakek-nenek beliau dulu. Ibunya juga bercerita tentang temen sepermainannya dulu yang waktu kecil mbandel hingga suatu saat jatuh dari motor dan kakinya diamputasi, tetapi dia sekarang bisa menjadi pedagang barang elektronik yang sukses. Kata ibu Kirta, Kirta pasti bisa melebihi temen beliau itu. Kirta pasti nantinya akan menjadi orang kantoran yang kemana-mana naik mobil, rumahnya tingkat dan bisa menyantuni anak-anak yang tidak mampu. Setelah ibu bercerita panjang lebar, kini giliran Kirta untuk menceritakan kejadian di sekolah dan saat lomba tadi.

Tak kalah dengan sang ibu, Kirta kini mulai merangkai kata untuk menggambarkan suasana perlombaan tadi. Perlombaan yang sangat seru dan benar-benar menjadi pelajaran berharga untuk Kirta. Kirta kemudian naik ke kasur dan bersandar di pangkuan ibunya. Seperti ini lah ceritanya:

Sebelum berangkat, Kirta dipanggil para guru untuk bersalaman meminta do’a restu. Semua guru ikut mendoakan semoga Kirta bisa membawa piala kemenangan ke sekolahnya karena baru kali ini sekolah Krta lolos kompetisi tingkat provinsi. Sesampainya di sana, Kirta melihat gedung yang bagus-bagus, baru, bersih, besar, fasilitas lengkap dan serba elit. Bahkan saat Kirta ke kamar mandi dia kebingungan karena tidak ada bak airnya. Yang ada hanya shower, dan WC modern. Dia pun tertawa saat bercerita. Teman-teman barunya pun berbeda dari teman-temannya di SMP. Ada dari kota dan ada juga dari desa seperti Kirta, tetapi mereka semua baik hati. Kirta tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia berkenalan dengan banyak orang dan meminta nomor Hpnya. Kirta menunjukkan nomor-nomor itu yang dia tulis di buku catatan kecil karena Hpnya ditinggal di rumah untuk ibu agar sewaktu-waktu ayahnya menghubungi dari Jakarta bisa langsung ke ibunya.

Saat-saat menegangkan adalah saat presentasi karya ilmiahnya. Dia menghadapi juri-juri yang menurutnya adalah orang super hebat, tahu segala hal sehingga sewaktu-waktu Kirta tidak bisa menjawab pertanyaan juri, Kirta akan merasa malu dan sedih.

Ibunya bertanya, “Terus Kirta tadi gimana, bisa menjawab pertanyaan juri?”.

Kirta menjawab, “Iya Bu,tadi ada. Waktu ditanya bagaimana membuat susu bubuk dari kedelai Kirta tidak biasa menjawab Bu, terus Kirta diam saja. Bingung” . ibunya tersenyum bahagia melihat anaknya begitu semangat menyampaikan berita itu.

Kirta melanjutkan lagi ceritanya: “Bu, Kirta seneeeeng banget. Kirta tadi malam tidurnya di spring bed empuk, wangi. Terus makannya prasmanan, jadi bisa ambil sepuasnya. Hahaha…(Kirta tertawa lepas, begitu juga ibunya). Hemm…senang ya bu, jadi orang kaya. Pokoknya Kirta harus jadi orang kaya!!(dengan gaya supermen, kedua tangannya dikepal dan di angkat ke atas bahu) ”. Mereka saling berpelukan dan tampak senang.

Esok harinya, Kirta kembali melangkahkan kakinya dengan tegap sembari dalam hatinya berkata:

Hari ini aku bangkit kembali. Tak ada lagi rasa sedih dan kecewa. Ku tak mau terlarut dalam perasaan itu. Aku sungguh-sungguh akan belajar dengan baik, berusaha yang terbaik dan memberikan yang terbaik untuk ibuku dan orang lain’

(seragam SMP-berubah seragam SMA-berubah pakaian berdasi dan jas, masuk ke dalam ruang kerja di dalam kamarnya kemudian duduk di kursi mewahnya, melepas jas dan dasinya).

Di kamarnya terpajang foto keluarganya dan bukti-bukti perjalanan sekolahnya, diantaranya : danum SMP, SMA dan IPK serta sertifikat penerima beasiswa PAS(putih Abu-abu scholarship, dan SSB(Sampoerna School of Bussiness).

Seperti biasa, dia mencium foto kedua orang tuanya dan anak-anak sepulang bekerja. Kemudian dibukanya album foto berwarna merah tua itu. Terlihat jelas foto-foto bersama keluarganya saat ada acara pernikahan saudaranya di Ciasem, foto saat ia menjadi juara, foto wisuda, foto bersama teman-temannya, foto ia bersama guru BK SMP dan seluruh elemen beasiswa PAS saat ada kegiatan bonding. Melihat foto acara bonding itu, dia teringat kenangan bersama PAS. Dia pun membuka buku hariannya yang dulu, terlihat tulisan mulai saat ia menemukan brosur PAS di dinding ruang BK, saat ia melengkapi persyaratan pendaftaran, saat dia dikunjungu officer PAS dan saat ia diberikan apresiasi atas peringkat pertama paralel di SMP.

Kemudian dia ganti baju dan keluar rumah. Tiba-tiba ia diserbu anak kecil. Anakaitu merengek-rengek mengajaknya untuk bermain ayunan.

Kirta balik bertanya,”Adhek cantik, teman-temannya mana?lagi pada belajar ya? Kok siska nggak belajar?hayo…”

Siska, si anak mungil itu kemudian tersenyum malu. Kirta mengajaknya menuju taman belajar(ditunjukkan dengan papan nama taman belajar :”Putra Mulia” yang ia dirikan dengan usahanya sendiri dengan dorongan dari ibunya tercinta. Di taman belajar itu tampak sang ibu beridiri dengan senyumnya yang selelu indah dihati.