Hilang sudah kabut itu
Hilang pula dingin yang menyelimut
Hilang sudah kesunyian malam
Hilang sudah sinaran rembulan
Artinya.. hilang sudah waktu bermalas-malasan
Hilang...
Hilang sudah keceriaan
Hilang sudah ramainya anak-anak berseru riang
Artinya.. hilang sudah waktu untuk bercengkerama
Hilang..
Setiap yang hilang tak akan tampak olehku
Setiap yang hilang tak kan hadir dalam kami
Hilang..
Kata hilang sering menyesakkan
Mesti tak selalu demikian
Seperti hilangnya anak dari pelukan Ibu
Ataupun hilangnya kasih dalam tatapan anak
Itu sanga menyakitkan
Namun, sangatlah menyakitkan
manakala kehilangan kasih-Nya
Na'udzubillah..
Saturday, October 26, 2013
Friday, October 25, 2013
A little thing
Bismillahirrahmanirrahim....
Perjalanan dimulai. Seorang anak kecil berambut ikal dengan warna
hitam lekat berlarian menjauh dari jangkauan ibunya yang tengah duduk
di kursi nomor 16. Disambarnya sebuah gantusi ngan kunci bermotif
boneka burung hantu warna-warni khas Chiang Mai yang tergantung rapi
di tas warna cokelat. Wal hasil, pemilik tas pun kaget dan
terperanjat dari tidurnya.
“Innalillah..”, sebut si gadis belia dengan seragam SMU-nya.
Si kecil pun tak peduli, ia masih asik dengan gantungna kunci itu.
Wajahnya yang imut dan polos membuat raut wajah si gadis belia
menjadi cerah seketika. Seolah pemuda yang terpana oleh pesona
cleopatra. Yang namanya anak kecil, benda apapun sudah terbiasa
dimasukkannya ke mulut. Satu..dua..tiga.. gantungan kunci itu pun
perlahan diangkat dengan kedua tangan si kecil yang imut. Belum
sempat sampai ke mulut, dua tangan kanan perempuan yang lebih tua
darinya sama-sama meraih gantungan kunci itu, berusaha menghalangi
tingkah si kecil tadi.
“Aduuh...maaf ya tante. Si aliya emang suka gini, nggangguin orang
mulu”. Jelas sang ibu dari si kecil Aliya sambil menggendong Aliya
dengan sedikit paksa. Aliya pun menolak dengan kuat. Tak mau melepas
gantungan kunci yang dia temukan tadi. Aliya pun menangis. Hampir
semua penumpang memperhatikan tangisan Aliya. Namun Aliya tak peduli.
Pandangannya tetap tak lepas dari gantungan kunci itu.
Dengan segera, si gadis belia tadi menjawab permintaan maaf ibunya
Aliya.
“Oh.. ndak papa Bu. Saya malah suka lihat anak kecil. Apalagi imut
kayak Aliya”. Sahutnya sambil melepas gantungan kuci dari ujung
resleting tas coklat kesayangannya. Dengan gembira ia pun memberikan
gantungan kunci itu kepada Aliya. Dipegangnya tangan kanan Aliya
kemudian diletakkanlah pula benda itu di tangan kanan Aliya sembari
berkata,
“Ini buat Aliya ya sayang. Jangan nangis lagi. Ummm..” ucapnya
sambil mencubit gemas pipi tembem Aliya.
“Waduuuh tante, ndak usah. Ini kan punya tante, nanti mau
dipakai”, ujar si ibu sambil berusaha mengambil alih gantungan
kunci.
“Ndak papa Bu, saya masih punya banyak. Itu buat Aliya”, jawab
si gadis belia. “Ya kan cantik..”, tambahnya sambil mencubit
gemas pipi tembem Aliya lagi.
“Wah tante.. jadi ngrepotin dobel nih. Udah ngganggu, malah dikasi
hadiah. Makasi banyak ya tante..”, ucap si ibu sambil seolah
meminta si Aliya untuk mengucapkan terima kasih pada tante itu.
“Sama-sama..”, jawabnya
“Oiya.. namanya siapa tante?”, tanya si ibu
“Saya Arin. Silahkan duduk disini, Bu. Kebetulan sebelah saya
kosong”, Arin menawari kursi kosong sebelahnya sambil ia bergeser
ke arah kursi dekat jendela.
“Terima kasih tante. Saya kebetulan sama bapaknya Aliya. Itu di
belakang” Jawab si Ibu sambil menunjuk ke kursi nomor 15. Aliya pun
sibuk bermain dengan gantungan kunci itu tanpa protes dari gendongan
ibunya. Sembari bercakap-cakap, si ibu sesekali membenarkan posisi
gendongan Aliya agar nyaman.
“Tante Arin sendirian? Mau kemana?”, tanya si Ibu.
“Iya Bu, saya mau pulang ke rumah. Tadi ada telpon untuk segera
pulang”
“Rumahnya dimana?”
“Di Pemalang. Sekitar 6 jam dari sini”
“Em.. jauh juga ya?”
Tiba-tiba, bus pun mendadak direm. Untungnya si ibu pegangan erat.
Aliya pun masih berada dalam gendongan ibunya tanpa respon apapun.
“Ya Allah... kaget. Kok rem mendadak sih ada apa. Untung... Aliya
ndak jatuh ya nak”, ujar si ibu sambil memeluk tubuh kecil Aliya.
Kemudian si Ibu mencium pipi Aliya dan mengusap rambunya.
“Ya sudah ya Tante.. saya ke belakang dulu” si ibu berjalan ke
belakang sambil berjalan pelan mengimbangi laju bus yang cukup
kencang.
Waktu terus berjalan mengiringi laju bus, langkah kaki, hembusan
angin dan juga putaran bumi. Sudahlah tak tampak lagi bus tempat
Arin, Aliya dan ibunya bercakap-cakap. Hijaunya jalanan sepanjang bus
melintas berkurang perlahan. Tergantikan megahnya bangunan-bangunan
era 2000an. Kini, rumah joglo bukanlah bangunan populer di tempat
itu, melainkan bangunan berdinding-dinding kaca yang sedang trend.
***
Pagi itu, suasana kantor “Nani-kore de Alimantaire” tampak ramai.
Tak hanya aktivitas para pegawai saja, melainkan hari ini adalah hari
penyambutan para penerima beasiswa NKF(Nani kore Foundation) di Kota
Sakura. Ya, beasiswa ini dikhususkan bagi pelajar Indonesia untuk
mengikuti summer school di Jepang dan Perancis. Puluhan
schoolars dari seluruh Indonesia Raya tengah larut dalam hangatnya
suasana welcome party.
“Saya harap kita bisa menjadi satu
keluarga yang saling menjaga satu sama lain meski
hanya berjumpa sebentar. Dua
bulan bisa jadi waktu yang lama dan bisa jadi juga adalah waktu yang
singkat. Tapi, percayalah. Saat kalian akan pulang ke tanah Air
nanti, kalian akan merasa waktu berjalan begitu cepat. Seolah ingin
menambah 1 hari jadi 37 jam. So, manfaatkanlah waktu kalian
sebaik-baiknya disini. Don't be later. Baiklah,
sekian sambutan dari saya. Good luck for your study.. have
a nice journey in Japan.
Arigato..”, wanita paruh
baya itu kemudian berjalan menuju para scholars.
Dijabatlah tangan mereka satu-per-satu. Saat berada pada jabatan
tangan ketiga, dia merasa ada suatu perasaan yang aneh. Tampaknya ada
sesuatu yang sama dengan dirinya pada anak itu. Tapi entahlah, dia
segera enyah dari pikirannya itu kemudia melanjutkan bersalaman pada
scholars lain.
Jarum jam masih setia berputar
mengikuti polanya. Pagi berganti siang kemudian sore dan malam. Lalu,
kembali pagi(lagi) hingga Sang Kuasa menghentikan putaran bumi. Pagi
yang cerah. Betapa tidak cerah, matahari bersinar begitu cantik. Tak
redup, tak sayup dan tak pula menyilaukan. Hangatnya pun tak
berlebihan. Di atas rerumputan hijau itu lah para scholars
bersama NK-family melakukan
senam bersama yang.
Kali ini bukanlah “senam kreatif” ala pengkaderan alias ospek
yang biasanya sarat gerakan aneh-aneh yang diminta senior. Hehe..
Semua peserta tampak riang
meski sebenarya senam ini menguras tenaga. Bagaimana tidak? 60 menit
non stop dengan sekian banyak gerakan. Apakah gerangan yang membuat
mereka tetap riang? Maybe because of their high passion to
sport, even with an enjoyable gymnastic.
“well, now is the time for us to
go to your room and please prepare your self to the next programs”,
seru panitia pada semua
peserta senam.
Beramai-ramailah mereka kembali ke kamar masik untuk bersiap diri.
Masing-masing mengambil beberapa titipan mereka ke panitia. Bukan
koper besar atau belanjaan yang dititipkan, tapi sekedar handphone
atau pun benda berharga lainnya. Satu, dua, tiga berbaris ke belakang
untuk mengambilnya. Tidak uyel-uyelan seperti anti sembako
atau daging Qurban yaa.
“Elisa..”, panitia memanggil nama peserta satu per satu. Gadis
bernama Elisa pun mengambilnya.
“Dhoni..”
“Kiki...”
“Salman...”
“Stevani...”
“Nando...”
“Ayu...”
Dan masih disebutkannya nama-nama itu hingga tertinggal satu orang
yaitu Aliya.
“What's your name, sister?”
“I'm Aliya. Is there my small bag?”
“What's bag? I don't know. Maybe you left it in your room..”
“No. I'm sure that I put here”, jelas Aliya sambil menunjukkan ke
kotak tempat ia menaruh tas kecilnya. Aliya tampak resah dan matanya
hampr berkaca-kaca. Ia pun duduk sementara panitia mencoba menyakan
ke yang lain bilamana terbawa mereka.
“Sudah Al.. ditunggu saja,. Pasti nggak ilang kok. Mungkin ada yang
mengamankan atau naksir kali sama tas kamu. Hehe..”, Sherly pun
meghiburnya pelan.
“Tapi Sher.. disitu itu ada barang yang sangat berharga buatku.
Emang sih nilai rupiahnya gak seberapa. Tapi itu penyemangat aku..”
-------------------------
#to be continued
Tuesday, October 15, 2013
Nani-kore Kitchen (Bagian I : Pendahuluan)
Pernah ku bercerita
tentang Nani-kore yang kebetulan dimuat di radio PPI dunia. Wah...
merasa sesuatu banget akan penghargaan ini. Terima kasih kepada mas
aris, seorang wartawan sekaligus penyiar raio PPI Dunia. Cerita itu
bermula dari sajian gado-gado ala nani-kore Kitchen dalam acara
International Food Expo di gedung NSTDA, Thailand. Dari situ kami
merasa bahwa ternyata masakan Nani-kore Kitchen membawa manfaat buat
Citra INDONESIA. Siapakah Nani-kore Kitchen itu? Yaitu kumpulan
mahasiswi joint-degree ITS-AIT yang kebetulan suka masak-masak dan
bereksperimen bersama tepung, sayur dan daging atau sea food
sekalipun. Meski tak banyak yang kami hasilkan tapi itulah tadi,
ternyata masih membawa manfaat buat kami sendiri dan juga negara
tercinta. Baiklah, disini tak akan panjang lebar dijelaskan tentang
show of Nani-kore Kitchen di NSTDA.
Seperti apakah
keseharian Nani-kore Kitchen? Yukk.. kita tanya pada empunya;
1)ummi(biasa dipanggil master della wawa), 2)iis(biasa
dipanggil biskuit), 3)vivin(biasa disebut mak piping),
4)vely(mungkin biasa dipanggil kazu), 5)ajeng(biasa
dipanggil junga). Kenapa setiap orang punya julukan masing-masing?
Dan sebenarnya vely lah yang tidak punya julukan pasti. Hanya saja
bisa lah ya dipanggil kazu(karena dia yang suka Jepag-jepangan sampai
tiap hari pakai bahasa Jepang::les gratis ma dia::hoho). Mengapa
demikian? Vely ini memang orangnya suka ngasih nama kesayangan pada
temen-temennya. Seperti nama-nama kami berempat ini. Hehe.. maaf ya
vel... si biskuit lagi jujur(selalu. Hehe). Ok, marilah kita simak
apa kata mereka:
1)ummi
berkata:
aduuuh..bingung
deh mau nulis apa di sini..deg-deg’an banget sebab bias masuk
liputan penulis kenamaan Ning Nur’Istianah ini..hihihihi..emmm..aku
seneng banget bisa bertemu ama member nani kure ..mungkin inilah
jalan dari Alloh SWT agar aku bisa berlatih sabar kayak biscuit..bisa
menikmati hidup dengan relax kayak Junga..semngat yang membara dan
selalu confident kayak Vely dan Piping…love u all my beloved
friends..untuk menjaga tali silaturahmi di antara kita..emang bener
juga sih kata Piping..kita ntar kayaknya harus
besanan…hahahahahaha..so always keep contact ya guys everywhere and
anytime..warm hug to all of u..muah muah muah…(nulis sambil
mewek)..
2)iis
berkata:
Bersama
kalian, hidupku lebih berwarna. Ya, itulah kalimat yang sering
terucap dari diriku. Pokoknya adaa aja. Mulai dari pribadi yang
warna-warni; ada yang kalem, serius, ada yang kocak, ada yang super
bijak, ada yang perhatian, ada yang mengalir dan ada yang heboh juga.
Seru deh pengalaman bareng mereka. Tak terlupakan. Banyak pengalaman
di dapur, di jalan(nganter pesanan), di pasar, acara di luar dan juga
ada pengalaman kena tegur karena saking hebohnya. Hemm... benar-benar
warna warni. Kalau diceritakan satu-persatu gak bakalan cukup di
lembar ini.
Terima
kasih ya kawan. Jangan lupakan Nani-kore Kitchen yaa.. bahkan kalau
diridhloi, semoga masing-masing kita punya cabang Nani-kore Kitchen
di daerah masing-masing. Hehe... amiiiin ^_^
3)vely
berkata:
nani
artinya apa, kore artinya itu. Digabung jadi apa itu.. I give this
name because... setiap hidangan yang kita sajikan selalu menebar
pertanyaan karena tiap harinya berbeda dan selalu unik serta menarik
untuk diulas hahahaha... Bersama kalian semua aku jadi bisa masak dan
bisa makan hahahaha. Vegetarian girl berubah jadi semi vegetarian..
yang nggk bisa pegang ayam dan ikan jadi bisa masak ntu hewan
sekarang. Saat masa kejayaan restaurant ini banyak sekali pelanggan
yang datang dan keuntunganpun lumayan bisa menutupi biaya makan kita
sehari-hari di Thailand... tetapi seiring dengan bertambahnya umur..
restaurant inipun menjadi restaurant yang gratis tanpa dipungut biaya
hahahaa dan lama kelamaan bangkrut heheheh... Dengan piping sebagai
spesialis sambel, biskuit spesialis kue, master spesialis masakan
Indonesia, junga spesialis desert dan saya sendiri spesialis masakan
internasional membuat warna-warni nani kore kitchen semakin unik
dibandingkan kitchen-kitchen lain hahahahah
4)ajeng
berkata:
ok,
i will try to talk about NK (bukan MK loh ya, hahaha) a.k.a Nani Kore
Kitchen, seperti yang sudah dijelaskan para member diatas, rasanya
sudah begitu jelas tentang pengetahuan dasar tentang NK . Tapi ok,
mau nggak mau saya juga harus ngomong, hehe.. Ok, Start,, Keberadaan
NK disini diawali dengan kondisi makanan Thai yang kurang pas dengan
mulut kita (dulu, sekarang udah terbiasa dg makanan Thai :P) dan
teman2 yang sangat baik (bagiku), mau nggak mau kita harus masak
(menghemat sih tujuannya :D). Akhirnya kami berlima (aku, vely,
master, piping n biscuit) bersatu mebentuk satu kesatuan dapur "Nani
Korek" yang setiap sore harinya memasak untuk kebutuhan perut
kami (kadang buka lapak juga buat nambah kas negara. haha). Yang
paling miris di dapur ini, semua dihitung seadil-adilnya (ex: berapa
potong telor/tahu), dibagi sama rata, sama rasa (asin ya asin semua
:D). Dengan kemampuan member yang berbeda-beda (sesuai yg disebut di
komen atas) NK adalah dapur yang melayani berbagai macam pesanan,
mulai dari makanan ringan sampe yg berat sekalipun, mulai dari lokal
Indonesia sampai interlokal ex: Japanese food (maaf sedikit lebai
:P). Dengan adanya order dari teman2,cukup lumayan buat menghemat
uang makan kitasetidaknya buat membernya sendiri nggak perlu
mengeluarkan duit buat makan. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
member NK satu per satu mulai meninggalkan tanah Thai. Dapur
Komersial Nani Kore sedikit berubah orientasi menjadi Dapur Sosial.
That's all
***bersambung ~~~
Thursday, October 10, 2013
kejenuhan dan pemaksaan
Titik jenuh. Apakah itu?
Yaitu saat otakku sudaha tak bisa berfikir lagi. Saat kebosanan sudah
tak bisa ditahan. Move on. Itu yang mungkin dibutuhkan. Tinggalkan
kondisi jenuh itu dengan relaksasi. Keterpaksaan bisa jadi baik bisa
jadi merusak. Sebagian orang berpendapat segala sesuatu yang
dipaksakan itu tidak baik. Memang, hal itu benar. Dan ada pula yag
berpendapat bahwa terkadang paksaan itu diperlukan. Ini juga benar.
Sebenarnya tergantung konteks dimana kita berada. Berkaitan dengan
kejenuhan, paksaan bisa jadi sebuah penyebab yang jika ditumpuk terus
menerus akan menjadi jenuh karena yang dipaksakan tak kunjung
berbuah. Namun, saat berada pada titik jenuh dan seseorang memaksaan
diri untuk lepas dari kejenuhan..memaksa diri untuk out of the
box, maka dalam hal ini paksaan
bisa menjadi solusi kejenuhan itu sendiri. Umpama suatu “besaran”,
maka bisa saya sebut paksaan merupakan “besaran vektor” yang
memiliki 2 arah berlawanan. Bisa jadi positif bisa jadi negatif
tergantung arahnya.
*)dan
seperti saat ini, mata yang sangat terkantuk karena dipaksakan untuk
bekerja rupanya memita haknya. Baiklah, sekarang saatnya saya sedikit
memaksakan jari-jariku ini untuk say good by pada
keyboard. Bismillahirrahmaanirrahiim... time for sleeping.
See you all
Tak berjudul
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Terkadang terlalu banyak
berfikir itu malah tidak membuahkan hasil. Terlalu banyak
pertimbangan bikin pusing. Contohnya sekarang ini, sudah dua bulan
memikirkan tema tulisan, tapi tak kunjung diunggah di blog
kesayanganku ini. Emang sih, beberapa judul sudah aku mulai tulis,
tapi ujungnya malah tak berujung, menggantung dan terkatung-katung.
Hemm.. baiklah, mari kita mulai..
First, take a time for
yourself. No need to take out your time from others, but use your
time wisely; balancing time for them and for your self. Ini adalah
kendala sangat penting saat menulis. No time for writting.
1)Waduuuh..
sibuk banget aku, gak sempet nulis. Kerjaan segudang.. pulang kerja
pastinya capek banget dong.
2)Iya
nih, nulis tuh butuh waktu tenang. Waktu luang sih ada, tapi
seringnya di rumah tu rame, berisik jdi gak konsen. Ya yang suara
mobil-motor lewat lah.. suara hajatan lah... anak-anak kecil mainan
lah.. ada lah pokoknya. Malah, gak banyak para penulis yang sengaja
bela-belain pergi ke puncak hanya buat nulis.
Second, make a good
mood for your self. Saat kita
punya keinginan dan tekad yang kuat untuk menulis(yang bukan sesaat),
maka moody factor bisa
kita kedalikan. Mood yang
baik memang sangat dibutuhkan saat menulis.
*)Aku
itu orangnya moody banget.
Dan ini yah.. bahkan orang yang gak moody pun
tetep aja butuh good mood buat
nulis.
Tapi
bukan berarti kita haruss menunggu sampai mood kita
benar-benar baik/ok dengan sendirinya. Bisa
dong.. mengusahakan untuk menciptakan
mood baik
kita sendiri. Well,
banyak
orang bilang kalau ini adalah hal susah. Tapi coba dech, jalankan
aja...jangan berhenti sampai mood
baik
itu muncul. Kalau belum muncul, coba lagi... *(asal jangan lupa waktu
sholat dan kewajiban lainnya ya... hehe). Terkadang, mood
itu
justeru muncul di tengah-tengah tulisan kita atau bahkan di akhir.
Third, just writte and
writte. Memulai nulis aja nggak
cukup. Kalimat pertama ok, kalimat kedua ok, paragraf pertama well
done, nah.. giliran lanjut
paragraf kedua bisa jadi otak berhenti bekerja. No idea,
kosong, dan buntu. So,.. tulis
aja apa yang ada dihati..sepertinya ini hanya untuk menstimulus otak
agar bisa berfikir lagi. Dan lagi, meski kita tak bisa berfikir
sedikit pun maka hati tetap punya kata untuk disampaikan. Meski
sekedar satu huruf. Listen your heart, dear.
Fourth, make it nice.
Hemm.. definisi bagus memang
tidak mutlak dari satu pendapat saja. Banyak orang yang berusaha
mati-matian untuk editing tulisannya dengan gaya bahasa yang begitu
puitis, sastraistik, agar kelihatan lebih cantik dan banyak
dilirik(red:dibaca). Tapi, bahasa yang jujur, sederhana dan apa
adanya bisa jadi malah lebih mudah dipahami. Contohnya saja
karya-karya Bang Tere Liye. Sempat sharing dengan temanku, namanya
Nadya. Kita sama-sama nge-fans sama Bang Tere Liye. Keren banget deh
pokoknya karya-karya beliau. Namun, bukan berarti aku nggak suka
karya-karya penulis lain dengan bahasanya yang indah yaa.. bahkan
Kang Abik hingga Sastrawan
Kahlil Gibran juga menjadi
inspirasiku. Setiap penulis memiliki karakter
masing-masing dan setiap orang pun memiliki penilaian masing-masing
terhadap suatu karya.
*)I
think you know more how to make it nice
Finally, Terima
kasih sudah menjadi pembaca tulisan yang mungkin tidak ada artinya
ini. Dan meski secuil, semoga tetep masih ada manfaatnya. Minimal
menjadi motivasiku untuk selalu menulis. Amiiin..
Subscribe to:
Posts (Atom)