Melihat riangnya anak-anak di
festival muslim tadi, Aulia jadi kepikiran anak-anaknya di Jawa Timur. Ia
merindukan mereka, sangat rindu. Rindu melihat senyum ceria mereka, rindu
mendengarkan cerita-cerita mereka di sekolah, rindu mendengarkan keluh-kesah
mereka mengenai kesulitan belajar bahkan biaya sekolah. Ya, Aulia memiliki 16
anak dari berbagai daerah; Surabaya, Gresik, Lamongan, Jombang, Jember,
Pasuruan, Ponorogo, dan juga Trenggalek. Anak-anak itu adalah para penerima beasiswa
Putih Abu-abu Scholarship (PAS). Meskipun tak ada garis keturunan diantara
Aulia dan mereka, tetapi Aulia menganggap merka adalah anak-anaknya. Setiap
tiga bulan sekali, Aulia memikirkan pembayaran SPP sekolah mereka.
Aulia tidak bekerja
sendirian, melainkan bekerja bersama tim yang hebat. Dalam keadaan seperti
apapun, dimanapun, bahkan tanpa gaji pun mereka tetap bekerja untuk PAS, untuk
masa depan anak-anak bangsa. Mereka tak berdomisili pada kota yag sama. Mereka
ada yang tinggal di Surabaya, Mojokerto, Blitar, Balikpapan, Jakarta, Thailand,
Taiwan bahkan Perancis. Akan tetapi, semangat mereka tetap menyala. Oleh
karenanya, bagi Aulia tahun ini adalah tantangan tersendiri bagi Aulia karena
harus memimpin PAS dari jarak jauh. Rapat yang biasanya dilakukan secara
langsung pun, tahun ini hanya bisa teleconference. Tetapi, semua itu ia
jalani dengan sepenuh hati dan alhamdulillah PAS masih berjalan lancar.
PAS, my beloved family. I
miss you so bad. I will come to meet all of you soon. Kata Aulia dalam hati.
Sebenarnya setiap ada
kesempatan pulang ke Indonesia, Aulia pun selalu tak ingin melewatkan
kesempatan untuk menemui para pejuang PAS baik di Jakarta maupun Surabaya.
Menyambung silaturrahim. Namun, malam ini ada yang mengganjal di hatinya malam
ini. Ia benar-benar ingin menemui para grantees (penerima beasiswa) PAS,
mengadakan gathering dan pelatihan untuk mereka. Meskipun kegiatan ini
direncanakan pada akhir tahun 2013 hingga awal 2014, tetapi ia benar-benar
ingin mengadakannya segera. Sabar..sabar, ada waktunya, hiburnya dalam
hatinya sendiri.
Sepanjang perjalanan pulang
ia tidak tertidur pulas di kendaraan seperti biasanya. Ia sibuk dengan
pikirannya sendiri, mengingat masa-masa kegiatan sosial bersama PAS dan juga
SSFSC. Dua organisasi yang murni
bergerak dibidang sosial pendidikan. Aulia juga terbayang-bayang oleh kegiatan
sosial setiap semester yang ia adakan bersama SSFSC. Mulai dari pelatihan
internet untuk para guru, Making a Better Village (membangun
perpustakaan di desa Tambak Dono, rehab sekolah; mejadi tukang bangunan
sementara, penghijauan, dan pelatihan kerajinan), Super Mom for Super Family
(meliputi pelatihan keterampilan memasak, kesehatan, kerajinan tangan, parenting,
dan juga pemilihan Super Mom), Aku Sehat-Kamu Sehat-Kita Sehat (Pelatihan
kesehatan, cek kesehatan gratis, jalan sehat, lomba anak-anak, dll), Making
Future Leader (memberikan pelatihan kepribadian dan kepemimpinan serta
perlombaan untuk anak-anak jalanan dan juga anak yatim), dan masih banyak yang
lain.
Masih terlihat jelas
wajah-wajah anak-anak jalanan di daerah yang begitu polos. Meskipun mereka
sedikit nakal, tetapi sebenarnya mereka pintar, baik hati dan puya semangat
tinggi.
“Aku salut sama SSC”, celetuk
Aulia pelan di dalam mobil menuju dormitory kampus. Temannya yang mendengar pun
seketika kaget.
“Kenapa Aulia? Kamu ngobrol
sama aku kah?”
“Oh... nggak..lagi ngigau
aja. Hehe..”
“Ngigau, maksudnya? Kamu kan
nggak lagi tidur Aulia..”
Aulia hanya terseyum.
“Lia...kamu waras kan?”,
tanya temannya sambil pura-pura panik, memegangi dahi Aulia.
“Ya...I'm ok”, jawab Aulia.
Perjalanan yang panjang cukup
menemani Aulia bersama kenangannya di Surabaya dan imajinasi akan kepulangannya
nanti ke tanah air.
No comments:
Post a Comment