Saturday, January 11, 2014

Merindukan Mereka


Melihat riangnya anak-anak di festival muslim tadi, Aulia jadi kepikiran anak-anaknya di Jawa Timur. Ia merindukan mereka, sangat rindu. Rindu melihat senyum ceria mereka, rindu mendengarkan cerita-cerita mereka di sekolah, rindu mendengarkan keluh-kesah mereka mengenai kesulitan belajar bahkan biaya sekolah. Ya, Aulia memiliki 16 anak dari berbagai daerah; Surabaya, Gresik, Lamongan, Jombang, Jember, Pasuruan, Ponorogo, dan juga Trenggalek. Anak-anak itu adalah para penerima beasiswa Putih Abu-abu Scholarship (PAS). Meskipun tak ada garis keturunan diantara Aulia dan mereka, tetapi Aulia menganggap merka adalah anak-anaknya. Setiap tiga bulan sekali, Aulia memikirkan pembayaran SPP sekolah mereka.
Aulia tidak bekerja sendirian, melainkan bekerja bersama tim yang hebat. Dalam keadaan seperti apapun, dimanapun, bahkan tanpa gaji pun mereka tetap bekerja untuk PAS, untuk masa depan anak-anak bangsa. Mereka tak berdomisili pada kota yag sama. Mereka ada yang tinggal di Surabaya, Mojokerto, Blitar, Balikpapan, Jakarta, Thailand, Taiwan bahkan Perancis. Akan tetapi, semangat mereka tetap menyala. Oleh karenanya, bagi Aulia tahun ini adalah tantangan tersendiri bagi Aulia karena harus memimpin PAS dari jarak jauh. Rapat yang biasanya dilakukan secara langsung pun, tahun ini hanya bisa teleconference. Tetapi, semua itu ia jalani dengan sepenuh hati dan alhamdulillah PAS masih berjalan lancar.
PAS, my beloved family. I miss you so bad. I will come to meet all of you soon. Kata Aulia dalam hati.
Sebenarnya setiap ada kesempatan pulang ke Indonesia, Aulia pun selalu tak ingin melewatkan kesempatan untuk menemui para pejuang PAS baik di Jakarta maupun Surabaya. Menyambung silaturrahim. Namun, malam ini ada yang mengganjal di hatinya malam ini. Ia benar-benar ingin menemui para grantees (penerima beasiswa) PAS, mengadakan gathering dan pelatihan untuk mereka. Meskipun kegiatan ini direncanakan pada akhir tahun 2013 hingga awal 2014, tetapi ia benar-benar ingin mengadakannya segera. Sabar..sabar, ada waktunya, hiburnya dalam hatinya  sendiri.
Sepanjang perjalanan pulang ia tidak tertidur pulas di kendaraan seperti biasanya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri, mengingat masa-masa kegiatan sosial bersama PAS dan juga SSFSC.  Dua organisasi yang murni bergerak dibidang sosial pendidikan. Aulia juga terbayang-bayang oleh kegiatan sosial setiap semester yang ia adakan bersama SSFSC. Mulai dari pelatihan internet untuk para guru, Making a Better Village (membangun perpustakaan di desa Tambak Dono, rehab sekolah; mejadi tukang bangunan sementara, penghijauan, dan pelatihan kerajinan), Super Mom for Super Family (meliputi pelatihan keterampilan memasak, kesehatan, kerajinan tangan, parenting, dan juga pemilihan Super Mom), Aku Sehat-Kamu Sehat-Kita Sehat (Pelatihan kesehatan, cek kesehatan gratis, jalan sehat, lomba anak-anak, dll), Making Future Leader (memberikan pelatihan kepribadian dan kepemimpinan serta perlombaan untuk anak-anak jalanan dan juga anak yatim), dan masih banyak yang lain.
Masih terlihat jelas wajah-wajah anak-anak jalanan di daerah yang begitu polos. Meskipun mereka sedikit nakal, tetapi sebenarnya mereka pintar, baik hati dan puya semangat tinggi.
“Aku salut sama SSC”, celetuk Aulia pelan di dalam mobil menuju dormitory kampus. Temannya yang mendengar pun seketika kaget.
“Kenapa Aulia? Kamu ngobrol sama aku kah?”
“Oh... nggak..lagi ngigau aja. Hehe..”
“Ngigau, maksudnya? Kamu kan nggak lagi tidur Aulia..”
Aulia hanya terseyum.
“Lia...kamu waras kan?”, tanya temannya sambil pura-pura panik, memegangi dahi Aulia.
“Ya...I'm ok”, jawab Aulia.

Perjalanan yang panjang cukup menemani Aulia bersama kenangannya di Surabaya dan imajinasi akan kepulangannya nanti ke tanah air.

No comments:

Post a Comment